Setelah sekian tahun berwacana untuk main ke Kota Malang, akhirnya kali ini benar-benar terealisasikan. Berawal dari janjiku buat datang ke acara wisudanya Viqy, maka kali inipun tanpa persiapan, tanpa babibu, tanpa pikir panjang, aku mendadak memutuskan untuk datang ke Malang. Perjalanan panjang pun kulalui dalam kesendirian sambil teringat sang Mantan di pulau seberang. Di sepanjang perjalanan pun aku hanya banyak diam dan bernostalgia akan kenangan masa lalu yang pahit. Berharap di Kota Malang bisa me-recharge body and soul dan bisa curhat dengan genk waktu SMA yang ada di Malang, Viqy, Feby, Dinok.



Sampai di Malang pukul 3 pagi dan aku langsung ke kosannya Dinok dengan pengantar setiaku yaitu Gojek. Thanks banget loh jek, kamu emang bisa diandalkan dimanapun dan kapanpun. Sampai di kosan Dinok lalu istirahat sebentar dan paginya datang ke acara wisudaan Viqy. Viqy beneran gak tahu kalau aku bakal kesana. Dan taraaa…. Di hari wisudanya suddenly aku muncul di hadapannya dan sukses membuat Viqy terkejut.. Sampai-sampai orang seperti Viqy yang bukan tipikal orang melankolis ternyata terharu juga melihat surprise kedatanganku. Disitu aku malah merasa ikut terharu. Ternyata masih banyak teman-temanku yang sayang dan tetap menghargai pertemuan. Thanks juga buat Dinok yang sudah mensukseskan ide kejutan ini. Tanpa Dinok pasti tak akan sesukses ini. Bahagia juga rasanya akhirnya bisa menepati janjiku buat datang ke Malang di hari wisudanya Viqy.

Setelah prosesi wisuda Viqy yang penuh dengan momen bahagia. Kemudian di Hari Minggu teman-teman yang ada di Malang memanjakanku dengan mengajak jalan-jalan. Karena aku masih kecapekan, maka Minggu pagi itu aku bangun kesiangan. Agenda awal untuk CFD-an di Malang pun akhirnya gagal karena sudah terlalu siang. Aku sih gak terlalu kecewa gara-gara gagal CFD, bahkan aku seneng jika ternyata gak jadi pergi ke CFD. Aku memang kurang suka keramaian. Aku anaknya lebih suka tempat-tempat yang rindang, alami, dan tidak terlalu bising. Akhirnya akupun diajak buat main ke Kabupaten Malang yaitu tepatnya di Desa Wisata Pujon. Disana ada sebuah tempat yang bernama Café Sawah. Sebuah cafe yang memiliki konsep alami dengan latar pemandangan alam dan pegunungan.





Awalnya aku sempat meng-underestimate tempat tersebut. “Ah tempat itu paling biasa aja. Cuma jual makanan dengan view sawah” batinku dalam hati sewaktu di perjalanan. Namun setelah sampai di lokasi akupun langsung suka dengan konsep Desa Wisata yang disuguhkan. Berbagai lokasi Desa Wisata sudah aku kunjungi dan Desa Wisata Pujong tersebut kuacungi dua jempol karena dikelola dengan sangat baik. Bahkan cukup profesional meskipun masih dalam tahap pembangunan dan tempat tersebut masih tergolong baru sebagai destinasi wisata Malang dan destinasi wisata Batu.

Pagi itu mendung pekat dan akhirnya hujan mengguyur deras tepat ketika kami hampir sampai di lokasi wisata. Karena tak mau menunggu hujan terlalu lama, kami yang tak membawa jas hujan langsung membeli di warung terdekat. Perjalanan pun kami lanjutkan dan memakan waktu kurang lebih satu jam setengah ditempuh dari Kota Malang. Sampai dilokasi pun cuaca masih kurang bersahabat. Hujan rintik masih turun dan kondisi jalan disana becek. Aku dan temen-temen yang waktu itu memakai sepatu akhirnya memilih nyeker. Kamipun setelah sampai di lokasi malah tidak membuka jas hujan terlebih dahulu. Jadi bisa dipastikan aku dan kawan-kawanku menjadi pusat perhatian waktu itu. Namun kami sih cuek-cuek saja. Bodo amat lah, kan aku nggak kenal.

Meskipun hujan, tapi nyatanya tak menyurutkan pengunjung untuk datang. Buktinya waktu itu suasana di Café Sawah cukup rame. Tempat parkir penuh hingga saung-saung untuk makan para pengunjung juga penuh. Kebanyakan orang yang berkunjung kesana adalah rombongan keluarga dan rekan kerja. Tempat tersebut memang cocok untuk berkumpul santai sambil menyantap makanan. Setelah cukup lama mencari saung yang kosong akhirnya kami mendapatkan tempat di saung A5. Kamipun duduk dan beristirahat sejenak dan aku langsung menuju warung makan untuk memesan makanan.

Sebelumnya aku bertanya kepada pelayannya tentang makanan yang paling recommended disana. Pelayan yang berbaju rapi murah senyum itu menyarankanku untuk mencoba Nasi Goreng X. Akupun memesan sesuai dengan saran masnya dan memesan susu murni. Temanku memilih menu yang berbeda, ada yang pesan Mie kuah, Nasi Goreng Y dan aneka minuman lainnya. Setelah menu yang dipesan tiba kami yang belum sarapan sejak berangkat dari Malang akhirnya langsung tak sabar untuk menyantapnya. Namun aku kecewa dengan menu Nasi Goreng yang kupesan. Ternyata rasanya tak sesuai dengan ekspektasiku. Awalnya kukira Nasi Gorengnya bakal dimasak dengan bumbu dapur yang sedap. Tapi setelah kucoba sesendok ternyata rasanya malah seperti Nasi Goreng yang dimasak pake bumbu instan. Benar-benar gak cocok di lidahku. Apalagi level pedesnya pun kurang banget. Temenku yang minta Nasi Goreng super pedas ternyata hanya diberi tambahan cabe rawit sendiri. Jadi waktu makan nasi goreng jika pengen tambah pedas harus makan cabe rawit satu per satu.



Menu makanan yang menurutku cukup enak malah Mie kuahnya. Aku sempat mencoba mie nya yang beda dengan mie kuah kebanyakan. Jadi mie yang dihidangkan punya tekstur yang tipis dan kenyal. Kuah mienya mantap karena  racikan bumbunya pas sekali. Sayangnya, lagi-lagi masih kurang pedas di lidahku. Mungkin bagi orang lain akan terasa pas. Kalo aku sih lebih prefer ke mie kuahnya daripada menu nasi goreng yang kata mas nya recommended tapi ternyata bikin kecewa. Untuk minumannya aku puas dengan Susu murni yang enak dan porsinya pun juga pas. Harganya pun standar bahkan tergolong murah. Selain itu minuman jahenya juga nendang. Jika pengen yang hangat-hangat aku bakal rekomendasiin jahe panasnya.

Setelah makanan dan minuman habis kita santap, kamipun bersantai sejenak di saung dan mengobrol segala hal. Aku duduk-duduk di saung sambil asyik menikmati pemandangan pegunungan di kejauhan. Suasana setelah hujan malah membuat tempat tersebut tampak semakin syahdu karena kabut-kabut tipis yang menyelimuti. Ketika yang lain asyik mengobrol dan enggan buat turun serta foto-foto, akupun jalan-jalan sendiri mencari spot indah untuk diabadikan. Setelah mendapatkan koleksi foto dan video yang cukup akhirnya aku kembali ke saung dan teman-temanku sudah berniat untuk pulang.



Secara keseluruhan aku suka tempat ini dan gak nyesel udah main kesini. Hal yang paling aku suka banget yaitu konsep pengembangannya yang menurutku oke untuk ukuran Desa Wisata. Mereka mengembangkan Desa Wisata dengan profesional. Bahkan pelayan-pelayan yang ada disana memakai seragam dan berpenampilan rapi. Selain itu fasilitasnya pun lengkap seperti Parkir luas, tersedia mushola, toilet hingga banyak pilihan warung makan. Tapi yang menurutku agar kurang yaitu makanannya. Jika memang mereka ingin mengunggulkan Café Sawah sebagai icon Desa Wisata Pujon, harusnya makanan yang ditawarkan lebih lezat atau paling tidak ada makanan khas dari tempat tersebut sehingga membuat pengunjung merasa harus kesana untuk bisa menikmati makanan tersebut. Logikanya gini, kalau mau makan Nasi Goreng atau Mie pun bisa dimanapun, jadi ngapain jauh-jauh ke Café Sawah Cuma makan mie atau Nasi Goreng yang rasanya biasa aja. Tapi jika Café Sawah nantinya punya makanan khas yang benar-benar lezat maka bakal menjadi nilai jual lebih.


Kalau kamu berencana untuk kesana sebaiknya sih pesan minuman dan snack aja. Jamur crispinya enak banget dan porsinya banyak bisa buat rame-rame. Tapi untuk makanan beratnya mending nyobain makanan di warung lain yang ada disana. Jangan lupa waktu membeli makanan disana kamu bisa menukarkan kupon yang diperoleh waktu pertama kali masuk Desa Wisata Pujon untuk mendapatkan potongan harga. Lumayan lah bisa menghemat 5000 rupiah untuk satu tiket yang ditukarkan.

Jadi jika pengen liburan hemat ala aku waktu main ke Kota Malang dan perut tetep kenyang maka langsung agendain aja untuk ke Desa Wisata Pujon. Kamu bisa menikmati sajian kuliner dengan harga standar namun dengan latar belakang pemandangan alam yang menyejukkan. Perut kenyang, hati tenang, kantong aman.





Terimakasih Dinok, Viqy, Feby, Digna, dan Happy yang udah nganterin jalan-jalan dan menyambutku dengan hangat selama disana serta mendengarkan segala curhatanku. Kalian membantuku menghempaskan kenangan dengan sang mantan dan menerima semua ini dengan lapang. Finally I can recharge my body and soul.





Buat para mahasiswa pasti istilah makrab sudah nggak asing lagi. Makrab atau malam keakraban biasanya diselenggarakan sebagai tempat untuk saling mengakrabkan diri satu sama lain. Kalau di lingkungan kampus biasanya makrab diselenggarakan oleh berbagai macam organisasi internal maupun eksternal kampus dan dari momen itulah para anggota yang baru saja bergabung bisa mengakrabkan diri dengan para anggota yang sudah lebih dahulu bergabung melalui agenda makrab. Intinya secara simpel, makrab itu ya cara buat Pedekate antara senior dengan juniornya atau mahasiswa lama dengan mahasiswa baru atau antara anggota lama dengan anggota baru.

Di Jogja sendiri biasanya ada tempat-tempat khusus yang menjadi favorit para penyelenggara makrab untuk dijadikan sebagai tempat makrab. Tempat-tempat tersebut diantaranya yaitu wisma atau villa di daerah Kaliurang, penginapan atau camping area di sekitar Pantai Selatan, hingga di daerah Turi yang banyak sekali terdapat Bumi Perkemahan. Dari ketiga daerah tersebut, aku sendiri paling suka dengan daerah Turi. Kenapa? Karena jika dibandingkan dengan daerah lainnya, menurutku makrab di Turi itu lebih nyaman, aman, alami, tapi juga asyik.

Menurut pengalamanku dulu waktu makrab di daerah Pantai Selatan, tepatnya di Pantai Goa Cemara, disana fasilitasnya kurang oke. Jadi waktu itu kami menyewa sebuah penginapan di dekat pantai. Daerah pantai selatan memang biasanya tidak ramai digunakan untuk makrab dengan model sewa penginapan. Alhasil waktu makrab disanapun aku dan temen-temen mendapatkan tempat bermalam yang kurang nyaman. Pengalaman itu membuat kami nggak mau lagi untuk mengadakan makrab di daerah pantai. Memang daerah pantai selatan kurang memfasilitasi para pengunjung yang datang kesana dengan tujuan makrab. Jadi ya semuanya serba alakadarnya. Mulai dari kamar mandi yang seadanya, tempat buat bermalam yang seadanya, hingga fasilitas penunjang seperti mushola pun juga seadanya. Dan yang membuat suasana tambah kurang menyenangkan adalah bau ikan dimana-mana hingga angin laut yang kencang banget waktu malam hari.

Berhubung pernah punya pengalaman kurang mengenakkan ketika makrab di Pantai Selatan. Lalu saat ada agenda makrab selanjutnya kami memutuskan buat makrab di Kaliurang. Di Kaliurang banyak sekali penginapan mulai dari yang mewah, besar, hingga penginapan yang standar dengan harga yang miring. Kami akhirnya menyewa penginapan yang dapat menampung peserta makrab kurang lebih  60an orang. Asyiknya makrab disana itu tempatnya bersih, udara sejuk, dan bisa pesen makan catering dari sananya. Jadi panitia cuma modal nyiapin acara-acara aja buat menyemarakkan kegiatan makrab yang diadakan. Soal urusan perut udah tinggal terima jadinya aja. Tapi yang kurang asyik disana sebenernya yaitu lingkungannya yang kurang alami kalo menurutku. Memang Kaliurang lokasinya dekat dengan kawasan wisata merapi. Tapi kalau acara makrab yang rombongannya banyak pastinya kegiatan yang memungkinkan ya Cuma di area penginapan aja. Jadi waktu makrab disana malah kurang berasa suasana alaminya karena kegiatan cuma diadakan di area penginapan. Malahan kataku Cuma pindah makan dan tidur doing karena peserta makrab pun waktu itu nggak bisa terlalu banyak menikmati alam sekitar.


Nah kalau emang pengennya makrab di tempat yang alami tapi nggak perlu capek-capek ngurusin ini itu, ada satu kawasan yang cocok banget buat makrab bareng temen-temen. Kawasan tersebut yang cocok digunakan buat acara makrab yaitu di Desa Wisata Garongan. Disana ada salah satu Bumi Perkemahan yang namanya Bumi Perkemahan Jaka Garong. Pengelolanya warga setempat yang tahu banget karakteristik wilayah tersebut. Enaknya makrab disana selain karena tempatnya alami, kita juga nggak perlu pusing dengan fasilitas yang ada disana. Jangan dibayangin kalau kemah atau camping itu mesti harus susah-susah. Salah banget. Karena disana semua sudah tersedia lengkap dan kita tinggal terima bersihnya aja kalo memang males ribet.


Soal fasilitas yang ada disana cukup lengkap banget karena ada toilet dengan jumlah banyak. Bahkan klosetnya pun dibuat duduk dan jongkok. Sangat pengertian banget kan pengelola disana sampai memperhatikan toilet buat pengunjung yang datang. Fasilitas lainnya yaitu ada gazebo yang bisa digunakan untuk sekedar santai atau tempat rapat para peserta makrab, ada pendopo yang luas, hingga ada halaman yang bisa digunakan sebagai acara pembukaan, upacara, atau pentas seni. Pokoknya Bumi Perkemahan Jaka Garong sudah didesain sebagai tempat yang ramah untuk digunakan sebagai tempat makrab, kemah, atau sekedar camping cantik bersama geng mu. Selain fasilitasnya yang lengkap, jika kita makrab disana nggak usah pusing soal konsumsi karena kita bisa memesan langsung makanan yang siap disediakan oleh pihak Bumi Perkemahan Jaka Garong untuk kebutuhan makan selama makrab. Tapi jika kamu dan rombongan menyiapkan budget yang terbatas maka untuk urusan perut kamu dan teman-teman bisa masak sendiri di dapur umum yang juga disediakan disana. Pasti makin seru kan makrabnya kalo bisa masak bareng-bareng gitu.



Pengalaman makrab seru yang bisa kita dapatkan disana nggak Cuma itu saja. Disana ada kawasan outbound yang bisa kamu gunakan untuk acara game seru bersama teman-teman. Jika misal dalam satu kepanitiaan nggak ada yang bisa menghandle acara outbound yang pasti butuh konsep dan cara khusus biar acaranya seru ,maka kamu bisa memanfaatkan jasa pemandu outbound dari orang-orang setempat yang sudah ahli dan berpengalaman. Dengan begitu acara outbound bakalan lebih seru dan nggak garing. Dan nilai plus lagi jika makrab di sini yaitu lokasi perkemahan yang dekat dengan Kali Sempor. Kalo kamu bakal mengadakan makrab disana jangan lupa untuk tracking Kali Sempor yang masih alami dan banyak bebatuannya. Itu bakalan jadi pengalaman makrab yang menarik, berkesan, dan nggak biasa.



Kalau kamu berniat buat makrab disana mending langsung survey ke lokasinya sekalian menentukan rencana tanggal berapa mau makrab disana. Biasanya pada bulan-bulan tertentu, orang-orang sudah banyak banget yang mem-booking Bumi Perkemahan Jaka Garong untuk digunakan sebagai tempat makrab, camping, acara outbong, maupun acara outdoor lainnya. Jadi daripada nanti kamu dan teman-teman nggak bisa makrab di waktu yang sudah ditentukan, mending survey langsung kesana jauh-jauh hari sebelumnya. Nanti kamu akan dikasih tahu paket-paket harga yang bisa dipilih sesuai dengan budget yang sudah kamu anggarkan.


For more info tentang Desa Wisata Garongan atau Bumi Perkemahan Jaka Garong ini, kamu bisa nanya-nanya ke :


Mas Yanu : +62 856-4753-7788
Atau bisa kepoin tempatnya di www.desawisatagarongan.com dan instagramnya di @jakagarong

for info: this is my friends, not me anyway ;)



Aku selalu suka pergi ke Puncak Becici. Tempat yang secara personal sangat berkesan buatku dan disana pula aku banyak meninggalkan jejak-jejak kenangan bersama orang yang sangat spesial. Dia pulalah orang pertama yang mengajakku kesana. Bahkan jauh sebelum tempat itu terkenal karena Obama berkunjung kesana, aku lebih dulu menginjakkan kaki dengannya di Puncak Becici yang waktu itu belum ada fasilitas pendukungnya seperti mushola, warung makan, kamar mandi, dan berbagai macam spot foto yang menarik.

Dulu sewaktu pertama kali aku kesana, Puncak Becici adalah tempat yang belum terlalu ramai dengan pengunjung. fasilitas yang dibuat waktu itu hanya gazebo-gazebo sederhana untuk tempat istirahat dan papan di atas pohon yang fungsinya sebagai gardu pandang. Namun tetap saja aku selalu terkesan sejak pertama kali datang ke Puncak Becici. Dari atas Puncak Becici kamu bisa melihat pemandangan hamparan sawah, rumah warga, hingga jika beruntung kamu bisa melihat Gunung Merapi dari kejauhan. Suasana yang tenang membuat tempat tersebut menjadi semakin menyenangkan. Apalagi ketika akan sampai ke Puncak Becici kita akan melewati hutan pinus yang membuat ambience tempat tersebut semakin indah seperti di film-film twilight.

Setelah itu aku selalu suka untuk kembali lagi kesana. Meskipun udah pernah sebelumnya namun aku tak pernah bosan sekalipun. Kunjungan selanjutnya bersama teman-teman kampus dan disana sudah rapi serta fasilitasnya pun sudah lengkap. Pengunjung yang datang pun semakin banyak. Jadi ketika mau foto di gardu pandang harus antri bergantian dengan pengunjung lainnya.

Kunjungan terakhir kesana yaitu bulan Agustus yang lalu. Sebenernya awalnya nggak sengaja juga memilih Puncak Becici untuk tempat main sekaligus momen terakhir dengan teman-teman KKN dan pemuda Garongan. Tempat itu aku pilih karena awalnya berencana mau main ke Pantai di Gunung Kidul namun waktunya terlalu mepet. Akhirnya akupun mengusulkan ke Puncak Becici. Harapanku sih sebenernya disana nanti bisa melihat indahnya sunset dari atas Puncak. Karena hari itu cerah, pasti sunset dari sana akan sangat indah.
Tapi rencana tinggalah rencana. Apa yang aku bayangkan ternyata meleset. Kami yang pergi dengan membawa rombongan 5 motor ternyata nggak bisa mengejar sunset yang indah hari itu. Kami berangkat terlalu sore dan terlalu lama dijalan sehingga kamipun nggak bisa menikmati keindahan sunset di atas Puncak Becici. Sepanjang jalan aku masih kesel sendiri karena sunset sore itu bener-bener indah dan langit sedang cerah-cerahnya tapi aku Cuma bisa menikmatinya di perjalanan tanpa bisa mengabadikannya. Kemudian akupun jadi nggak semangat lagi pergi ke Puncak Becici. Biasanya aku ke Puncak Becici pagi atau siang hari dan menikmati keindahan pemandangan disana dan keindahan hutan pinusnya. Nah sekarang aku kesana saat petang menjelang malam. Aku pun terus berpikir kalo disana nanti nggak bisa mendapatkan pemandangan indah dan foto yang bagus karena hari sudah petang. Namun ternyata dugaanku itu salah. Aku malah mendapatkan view yang indah dan berbeda dari pengalamanku kesana sebelumnya.

Ternyata saat petang kita pun masih bisa menikmati keindahan dari atas Puncak Becici. Jika biasanya yang kulihat adalah hamparan hijau. Kini saat petang aku dapat melihat kerlap-kerlip lampu dari rumah-rumah warga dan kendaraan yang terlihat kecil ketika dilihat dari atas. Pemandangannya hampir mirip ketika berkunjung ke Bukit Bintang. Tapi bagiku view lampu-lampu kota dari atas Puncak Becici lebih indah dan istimewa. Apalagi dari atas angin berhembus sepoi-sepoi yang semakin membuat suasana menjadi syahdu petang itu. Bahkan saat itu kami bertemu dengan dua bule yang menikmati petangnya di atas Puncak Becici. Tanpa canggung mereka saling berciuman dan berpelukan tanpa mempedulikan pengunjung lainnya. Mungkin itu adalah ekspresi kegembiraan mereka setelah melihat view yang indah di atas Puncak Becici.



Meskipun waktu itu aku tak beruntung karena melewatkan sunset di atas Puncak Becici namun untungnya aku masih bisa mendapatkan blue hour di atas sana. Perpaduan antara view lampu kota dan langit biru saat petang hari membuat foto-foto siluet yang diambil disana menjadi lebih indah. Karena tak mau menyia-nyiakan the best timing tersebut akhirnya kami pun saling bergantian foto satu per satu. Lain waktu aku masih ingin mengejar sunset di atas Puncak Becici. Bagiku Puncak Becici tak pernah membosankan meskipun sudah berkali kali kesana selalu saja menyenangkan.


Hal yang paling menyenangkan ketika berkunjung kesana adalah fasilitasnya yang lengkap dan harga tiket yang murah. Kalo kamu pengen main kesana motoran bersama temanmu maka kamu cukup mengeluarkan kocek 7000 rupiah saja untuk parkir satu motor dan sudah termasuk tiket untuk dua orang. Selain bisa menikmati keindahan pemandangan hijau dari atas Puncak atau gardu pandangnya kamupun juga bisa berfoto cantik di antara pohon pinus yang menjulang tinggi dan rapi. Bagi yang suka selfie atau wefie, disana banyak spot foto buatan yang sengaja dibuat untuk para pengunjung yang suka berfoto. Bagi yang datang dari luar kota, kamu bisa membeli oleh-oleh dari toko yang ada di area wisata. 

Untuk sekedar mengisi perut, disana banyak warung yang menjual makanan dan minuman. Namun makanan yang dijual disana bukanlah makanan khas daerah setempat. Tapi sangat rekomen bagi kamu yang pengen hemat karena harga makanan yang dijual disana tergolong murah untuk ukuran tempat wisata. selain semua itu hal yang paling kusuka di Puncak Becici adalah banyak terdapat kamar mandi dan ada musholanya juga. Kemarin terakhir kesana bahkan sudah dibangun mushola lagi yang lebih besar dan bagus. Jadi kalau mau berlama-lama di Puncak Becici menikmati suasana disana nggak perlu khawatir lagi ketika mepet waktu sholat karena fasilitas disana sudah lengkaaaapppp.




Kabut tipis menyelimuti pemandangan hijau yang terbentang di depan mataku. Keindahan pegunungan sewu yang kehijauan dan dibelah dengan indahnya kelokan kali Oyo membuat takjub sesaat. Licinnya tempatku berpijak berupa papan yang digunakan sebagai gardu pandang tidak membuatku takut ketika sudah melihat indahnya pemandangan indah disana. Apalagi pagi itu tidak banyak pengunjung yang datang sehingga untuk menikmati pemandangan dari beberapa titik gardu pandang tidak perlu mengantri. 
Pemandangan perbukitan sewu dengan indahnya Kali Oyo memang menjadi daya tarik utama wisata bernama Bukit Panguk Kediwung yang baru saja dibuka tersebut. Sebenarnya apa yang disajikan di Bukit Panguk bukanlah hal baru karena lokasi wisata seperti Kebun Buah Mangunan, Bukit Mojo, hingga Jurang Tembelan menghadirkan pemandangan yang sama seperti Kedung Panguk. Akan tetapi masing-masing tempat wisata tentu memiliki perbedaan tersendiri sehingga menarik minat pengunjung untuk datang. Begitu pula Bukit Panguk Kediwung yang memiliki keunikan tersendiri dimana disana disuguhkan berbagai spot foto atau gardu pandang yang bentuknya sangat menarik mulai dari papan yang berbentuk hati, berbentuk perahu, hingga bentuk lainnya yang membuat pengunjung semakin tertarik untuk foto-foto disana. Untuk setiap spot foto pengunjung harus membayar Rp 3000 saja dan bisa berfoto sepuasnya. Namun pada waktu liburan dan banyak pengunjung yang datang kesana maka kita harus mengantri terlebih dahulu. 
Meskipun waktu menunjukkan sudah jam 9 pagi namun kabut-kabut tipis masih menyelimuti pemandangan yang membentang dihadapanku. Suasana pagi itu semakin syahdu ketika rintik-rintik hujan masih menetes dan membuat udara menjadi dingin. Setelah puas mencoba foto di beberapa spot, kemudian aku berjalan ke spot foto yang bentuknya menyerupai hati. Jalanan becek dan licin sehabis hujan membuat aku beberapa kali hampir terpeleset. Namun untungnya aku selalu berhasil menyeimbangkan badan sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Setelah mencapai di spot foto berbentuk hati kemudian aku mencoba berfoto beberapa kali. Pemandangan dari spot foto tersebut ternyata tidak semenarik dari spot foto yang ada diatas. Namun aku menikmati waktu agak lama dengan duduk disana menikmati pemandangan hijau yang menyejukkan mata. Saat-saat seperti ini membuatku teringat pada seseorang yang jauh disana. Berharap kami bisa duduk bersama menikmati pemandangan indah ini.



Puas berfoto dan menyusuri area wisata tersebut akupun tidak lupa membayar kepada petugas yang menunggui spot wisata. Ketika akan membayar ternyata Bapak yang aku lupa namanya tersebut malah mengajak mengobrol banyak hal (Sebut saja Bapak Edi). Bapak tersebut ternyata merupakan orang yang dulu menggagas area tersebut untuk dijadikan sebagai tempat wisata. Bapak tersebut bercerita bahwa pada awalnya banyak masyarakat yang tidak menyetujui ide pembukaan lahan tersebut sebagai lokasi wisata. Masyarakat lain menganggap bahwa hal tersebut akan sia-sia karena lokasi desa yang mereka tinggali terletak di paling ujung dengan akses jalan yang masih jelek. Namun penolakan mayoritas warga yang ada disana akan ide yang digagas Bapak tersebut tidak membuat ia mengurungkan niat baiknya agar desa yang ia tinggali bisa berkembang. Kemudian ia menggerakkan pemuda karang taruna di desa tersebut untuk bergotong-royong babat alas dan membuat jalan yang lebih layak sehingga kawasan tersebut yang awalnya merupakan hutan milik perhutani siap untuk dijadikan wisata. Dengan usaha kerasnya tersebut akhirnya kurang dari setahun lokasi wisata Bukit Panguk Kediwung  yang baru berdiri tersebut telah banyak dikunjungi wisatawan dari dalam maupun luar kota. Bahkan pada waktu tahun baru pengunjung sempat membludak dan banyak wisatawan yang harus antri berjam-jam karena ini berfoto di spot menarik yang ada disana. 
Dusun Kediwung pun yang letaknya di ujung dan paling pelosok pun kini bisa menggeliat perekonomiannya berkat inisiatif dari warganya sendiri. Masyarakat disana banyak yang terbantu karena ada sumber ekonomi baru mulai dari menjaga parkir, mengelola lokasi wisata, jasa motret, hingga usaha tempat makan di area wisata. Tidak berhenti di situ saja, Bapak Edi masih memiliki ide-ide cemerlang lainnya yang ingin ia realisasikan. Beberapa idenya yaitu mulai dari membuka wisata arum jeram atau mengendarai gethek di sungai oyo hingga membuka penginapan dengan konsep alami di daerah tersebut. 
Dari perjalanan ini aku mengambil banyak sekali pelajaran yang bisa diambil yaitu bahwa usia tidak membatasi seseorang untuk terus menelurkan ide-ide cemerlang yang bisa membawa perubahan. Kemudian jika kita percaya bahwa ide yang kita miliki itu bermanfaat maka realisasikanlah, meskipun banyak orang yang tidak mendukungnya. Aku sendiri sangat kagum akan sosok Bapak Edi karena semangatnya untuk membawa perubahan dan bermanfaat bagi masyarakat disana. Saat ini sayangnya tidak banyak orang-orang seperti Bapak Edi. Banyak dari kita lebih sibuk dengan urusan sendiri-sendiri sehingga tidak ada waktu untuk memikirkan berbagai macam masalah sosial yang ada disekitar. Sebagai anak muda, semangatku merasa tersulut dengan cerita yang disampaikan dengan Bapak Edi tersebut. 
Saking asyiknya bercerita aku tidak sadar bahwa kami sudah berdiri selama kurang lebih satu jam untuk mendengarkan cerita dari Bapak Edi. Teman seperjalananku, Imada, daritadi sudah memberikan kode untuk mengakhiri pembicaraan karena hari sudah mulai siang dan kami harus segera turun ke kota Yogyakarta. Namun sebelum turun kami terlebih dahulu menyantap semangkuk mie rebus dan ayam goreng lezat di warung milik istrinya Bapak Edi. Kelezatan ayam goreng dengan sambel tomatnya yang lezat tidak akan kulupakan. Rasa nikmat tersebut tidak bisa kudapatkan di tempat-tempat makan penyetan yang ada di Yogyakarta. Ketika membayar ternyata kelezatan makanan yang kupesan semakin bertambah karena harganya sangat murah sekali. Kini ketika aku menuliskan tulisan ini aku jadi kepikiran untuk datang ke Bukit Panguk lagi. Bukan karena ingin foto-foto lagi di spot menarik yang ada disana, namun hanya karena ingin menikmati lagi sepiring ayam goreng dengan sambel tomatnya yang menggoyang lidah dan harga murah. Kalian harus mencobanya.