Aku selalu suka taman. Suasana asri dengan rerumputan hijau, bangku taman yang nyaman, bunga-bunga warna-warni memanjakan mata, dan area luas yang bisa digunakan untuk anak-anak bermain dan berlarian. Rasanya menyenangkan ketika melihat anak-anak punya ruang bermain di taman. Sayangnya, Jogja tidak memiliki banyak ruang terbuka seperti taman yang bisa digunakan untuk ruang bermain dan bergerak anak.

Beberapa pekan lalu aku pergi ke sebuah taman di kawasan Kaliurang yang lokasinya dekat dengan Museum Gunung Merapi (MGM). Sebenarnya tempat tersebut merupakan kawasan wisata yang dikelola dengan konsep taman serta dilengkapi berbagai macam fasilitas yang lengkap. Nama tempat tersebut adalah Merapi Park. Meskipun dikonsep seperti taman, namun lokasi tersebut memiliki segala fasilitas yang lengkap seperti area bermain yang luas, spot foto yang menarik berupa landmark kota di berbagai Negara, hingga kamar mandi dan rumah makan. Meskipun konsepnya adalah taman yang biasanya pengunjung yang datang tidak dikenakan biaya, disini pengunjung yang ingin masuk ke area tersebut  harus membayar Rp 20.000. Mungkin untuk wisatawan dari luar kota harga tersebut tergolong murah. Namun bagi masyarakat sekitar, harga tiket masuk tersebut tergolong cukup mahal. Apalagi jika datang kesana bersama rombongan keluarga. Itupun pengunjung hanya bisa menikmati area tamannya saja. Jika anak-anak ingin bermain air maka harus membayar tiket lagi sebesar Rp 10.000/orang.




Akhirnya karena penasaran gimana penampakan dalam dari Merapi Park ini, Kami (Aku dan Ifah) pun memutuskan untuk pergi kesana setelah mengunjungi Museum Gunung Merapi (MGM). Setelah membayar tiket di loket masuk, Kamipun disambut dengan petugas berseragam kaos yang menjaga pintu masuk untuk mengecek tiket masuk yang kami beli. Pintu masuknya memiliki bentuk yang unik dengan pilar-pilar besar berwarna putih. Setelah kami masuk kedalam tiba-tiba hujan mulai turun dan semakin deras. Kamipun bergegas untuk mencari tempat berteduh. Untungnya disana banyak tempat untuk berteduh serta bersantai yang dilengkapi juga dengan tempat duduk. Tempat duduk yang kududuki waktu itu tergolong unik. Terbuat dari tanah liat dengan bentuk seperti gentong terbalik.



Selama menunggu hujan berhenti, kami menghabiskan jajanan yang sudah dibeli diluar tadi. Sesekali juga kami sibuk dengan handphone masing-masing. Ternyata di daerah tersebut sinyal internet cukup bagus. Jadi bisa eksis di media sosial ketika berkunjung kesana.

Setelah hujan reda, akhirnya kami melanjutkan untuk menelusi taman tersebut ke bagian World Landmark yang memiliki berbagai macam landmark dari kota yang ada di luar negeri seperti Paris, Dubai, China, London, dan masih banyak lagi lainnya. Bisa ditebak kan kira-kira landmark kota mana yang paling ramai digunakan orang-orang sebagai spot foto. Yup, Menara Eifell di Paris lah yang paling laris sebagai spot foto favorit para pengunjung. Entah kenapa orang-orang suka sekali berfoto di menara tersebut. Kalau aku sih punya spot foto favorit sendiri disana. Yaitu di spot foto box telephone berwarna merah khas landmark Kota London. Alasan dibalik aku suka spot foto disana karena aku suka warna merah. Pas banget dengan warna landmark tersebut.






Puas berfoto di berbagai landmark, Kamipun mulai lelah dan memilih untuk menikmati dinginnya udara siang itu di atas ayunan kayu yang ada di area taman. Di belakang ayunan itu terlihat kebun jagung yang menjulang tinggi. Hembusan angina sepoi-sepoi membuat suasana disana semakin syahdu. Sayangnya saat itu mendung sehingga Merapi yang biasanya menampakkan kegagahannya kala itu tertutup mendung. Tapi kami beruntung karena tidak berkunjung kesana saat hari libur. Bisa dipastikan saat hari libur tiba, tempat tersebut akan dibanjiri oleh wisatawan dari berbagai penjuru. Karena memang lokasi tersebut merupakan wisata baru dan disukai oleh pengunjung yang datang kesana. Jadi jangan heran dan kecewa saat kamu kesana pada waktu libur kemudian mengantri panjang untuk berfoto di landmark favoritmu. Saran aja sih, jika pengennya dapet foto bagus waktu berkunjung kesana maka datangnya pada waktu pagi hari ketika hari cerah. Kamu bisa melihat kegagahan Gunung Merapi dari jauh. Selain itu hindari kesana pada waktu libur panjang jika gak pengen hasil fotomu bocor karena banyaknya pengunjung lain yang ingin berfoto.



Overall akhirnya aku gak merasa sia-sia sudah membayar Rp 20.000 dengan semua yang kudapatkan disana. Merapi Park ini sangat rekomen buat family trip. Selain bisa belajar tentang berbagai macam ciri khas bangunan dari beberapa Negara di luar negeri, anak-anak bisa bermain-main di area taman yang cukup luas. Jika ingin bermain air pun disana ada wahana water boom juga. Buat Bapak-Bapak yang capek bisa beristirahat di Warung Makan yang menyediakan berbagai macam menu makanan khas pedesaan. Jadi buat yang sudah berkeluarga, silahkan diagendakan untuk mengajak anak-anaknya kesana. Akupun yang belum berkeluarga rasanya pengen mengajak anaknya kakakku (ponakanku) untuk bermain disana. Pasti mereka bakalan suka banget! 


Sore itu mendung manja menyelimuti kawasan Dlingo. Meskipun begitu tak menyurutkan semangatku mengantarkan saudaraku dari Lampung, Ifah, untuk jalan-jalan melihat keindahan Yogyakarta. Karena malas untuk pergi jauh, makanya kuajak dia ke Kawasan Mangunan saja yang sudah seperti halaman rumah belakang untukku sendiri. Setelah melihat keindahan Kebun Buah Mangunan, akupun mengajak dia untuk melanjutkan ke destinasi selanjutnya yaitu ke Spot Foto Hits Yogyakarta - Pintu Langit Dahromo.

Ketika melewati hutan pinus, kabut tebal mulai turun. Aku excited banget melihat kabut-kabut cukup tebal menyelimuti hutan pinus. Padahal biasanya hanya kulihat di pagi hari. Namun karena siang itu hujan, maka sorenya kabut tebal masih menyelimuti kawasan itu. Aku sengaja tak mengajak dia ke Hutan Pinus karena malas untuk berbecek-becekan. Tak lama setelah itu kamipun sampai di lokasi yang dituju.


Sore itu tak banyak orang yang datang ke tempat itu. Beberapa yang datang kesana sepertinya dari luar kota karena bahasa yang mereka gunakan tidak kumengerti. Sebelum masuk ke lokasi wisata, para penjaga loket menyapa kami dengan ramah dan mengingatkan kami untuk berhati-hati karena jalanan licin. Benar saja, motor yang kami tumpangi hampir saja terpeleset melewati jalan non blok yang sangat licin. Untungnya saudaraku sangat lihai mengendalikan motor sehingga kamipun terselamatkan.

Sampai di tempat parkir aku mencari tempat duduk untuk menikmati view Kota Bantul dan Jogja dari kejauhan. Andai saja sore itu tidak mendung, pasti kami bisa melihat sunset yang indah karena lokasi Pintu Langit Dahromo tepat untuk dijadikan tempat menikmati sunset. Namun aku tetap bisa menikmati sore yang mendung kala itu karena telah memberikan ketenangan dan energi positif untukku. Bagiku, pergi ke tempat wisata yang tidak terlalu ramai, menikmati keindahan alam, melihat langit, merasakan dinginnya angin membelai wajahku membuat suasana hatiku menjadi lebih baik berkali-kali lipat. Itulah kenapa aku selalu mencintai Jogja yang memiliki lokasi wisata beragam yang bisa kujadikan tempat pelarian dari segala masalah atau sekedar untuk melepas penat dari aktivitas yang padat.

Meskipun kebanyakan lokasi wisata di sekitar Dlingo atau Mangunan menawarkan view yang hampir sama, namun Pintu Langit Dahromo ini memiliki keunikan tersendiri. Lokasi ini menjadi hits di kalangan anak muda karena konsep yang dikembangkan disana tergolong unik. Meskipun banyak lokasi wisata lainnya yang memiliki spot foto unik, namun konsep spot foto yang bergaya vintage membuat lokasi wisata ini menjadi terlihat berbeda. Hampir semua spot foto disana dicat menggunakan warna putih. Dihiasi dengan dekorasi vintage menjadikan lokasi tersebut memiliki keunikan spot foto yang berbeda dibanding lokasi wisata lainnya.


Soal harga tiket masuk sepertinya untuk seluruh destinasi wisata di Dlingo dan Mangunan (kecuali Kebun Buah Mangunan) memiliki tarif yang sama yaitu HTM Rp 2500 per orang belum termasuk parkir. Jika di beberapa lokasi wisata akan dikenakan biaya tambahan, maka untuk berfoto di spot foto hits Pintu Langit disana pengunjung tidak dikenakan biaya lagi. Namun disediakan kotak untuk sumbangan bagi pengelolaan lokasi wisata dan penambahan spot foto disana. Selain berfoto di spot foto legendaris, Pintu Langit, Pengunjung yang datang kesana juga bisa menikmati keindahan hutan pinus yang juga terdapat di area tersebut. Sayangnya jumlah gazebo disana sangat sedikit. Jadi ketika hujan akan kesulitan untuk mencari tempat berteduh.


Setelah duduk-duduk di gazebo dan melihat para anak muda sangat antusias sekali berfoto di Pintu Langit, kamipun tak ingin ketinggalan. Aku paksa Ifah untuk naik ke atas pintu dan kuambil gambarnya setelah beberapa kali jepretan. Karena takut, dia tak berani berlama-lama diatas Pintu Langit tersebut. Setelah itu tak ketinggalan mencoba berfoto di replika piano buatan yang berwarna putih di sebelahnya. Nampak kondisi deck kayu bagian bawahnya sudah kotor karena dicat putih dan diinjak-injak oleh pengunjung yang berfoto disana. Sayang sekali karena kondisi bawahnya yang kotor menjadikan hasil fotonya pun kurang memuaskan.


Akupun tak menyia-nyiakan kesempatan juga untuk berfoto disana. Jika Ifah takut berada diatas Pintu Langit tersebut karena anginnya sangat kencang, aku malah sebaliknya. Aku merasa nyaman berada diatas situ sambil menikmati hembusan angin yang cukup kuat. Darisana aku bisa melihat keindahan Kota Jogja dan Bantul dari kejauhan. Tak salah memang jika dinamakan Pintu Langit. Karena darisana kamu bisa melihat keindahan langit tanpa terhalangi apapun. Apalagi jika cuaca cerah pasti langitnya akan jauh lebih indah. Pintu harapanku juga mulai terbuka setelah perjalanan itu. Harapan untuk membuat tahun ini menjadi lebih baik lagi dari tahun kemarin. Pintu harapan untuk memulai lembaran baru, membuang segala kenangan pahit, dan menjalani hidup dengan ceria lagi tanpa harus melihat melihat masa lalu yang mengecewakan.



Setelah puas berfoto-foto akhirnya kamipun pulang dengan perasaan senang. Ifah senang sudah main ke Jogja, akupun senang sudah bisa mengantarkannya ke lokasi wisata yang asik untuk dikunjungi. Setelah menemukan Pintu Langit, dilain waktu semoga aku juga akan menemukan Pintu Surga.

Aku dan Ifah menikmati suasana pintu langit