Esensi pohon
Selain sebagai pemasok oksigen di
bumi, pohon juga berperan untuk menjaga keseimbangan iklim dan suhu dibumi.
Tapi sadarkah kalian bahwa pohon memiliki cerita dibalik fungsinya yang vital
itu?
Dulu aku sendiri tidak pernah
peduli dengan keberadaan pohon disekelilingku. Kebanyakan orang sekarang ini
lebih memilih mem-paving halaman rumahnya ketimbang menanaminya dengan berbagai
macam pohon dan tumbuh-tumbuhan. Alasan mereka yaitu agar halaman rumah mereka
terlihat rapi. Tapi tidak inginkah kamu memiliki halaman yang rindang, sejuk,
dan sedap dipandang? Daripada hanya halaman kosong dengan pot-pot bunga yang
berjajar didepan halaman yang harus disirami secara rutin. Tidakkah kalian tahu
bahwa pohon itu bisa menularkan kebahagiaan.
Dahulu misalnya, rumahku banyak sekali ditumbuhi pohon
dihalaman depan dan belakang rumah. Ada pohon jambu didepan rumah, pohon
kelapa, pohon pisang, pohon kresen (talok) di belakang rumah. Serta ada daun
pandan, cabe-cabean, melon, semangka, dan rumput-rumput liar yang tumbuh
dibelakang. Dulu aku tidak peduli dengan keberadaan mereka yang sempat
menciptakan kebahagiaan dalam hidupku. Tetapi sekarang, aku sadar bahwa
keberadaan mereka dulu, bukan saja sebagai penghias halamanku, tetapi juga
telah mengukirkan cerita berkesan dihidupku.
Pohon jambu di halaman depan
rumah mungkin yang paling berkesan untukku. Karena dari sanalah banyak
kebahagiaan bermula. Kebahagiaan saat menghabiskan waktu berjam-jam diatas
pohon jambu itu dan menikmati buahnya diatas sana. Tak kalah bahagianya jika
bisa membagi hasil panen buah jambu kepada tetangga-tetangga. Pohon jambu
didepan rumahku berwarna hijau dan manis, berbeda dengan pohon jambu milik
tetanggu yang berwarna merah dan masam. Karenanya, mereka senang bila umiku
membagi-bagikan hasil panen buah jambu kepada tetangga-tetangga. Cerita lain
dari pohon jambu yaitu ketika lebaran tiba, pasti pohon jambu itu berbuah.
Bahkan sebelum lebaran sudah berbuah banyak. Aku bisa mengambil sesuka hati
untuk berbuka puasa. Selain itu, ketika lebaran banyak sanak saudara yang
berkunjung ke rumahku. Tak ketinggalan mereka pasti ikut menikmati panen buah
jambu itu. Dan yang paling riang pasti anak-anak yang berebutan untuk memanjat
pohon yang sedang berbuah banyak itu. Dan kejadian itu berlangsung setiap
lebaran tiba. Dalam setahun mungkin bisa 2-3 kali pohon jambu airku berbuah.
Namun sekarang, jangan harap berbuah, pohon itu masih hidup aja syukur
Alhamdulillah. Karena dua tahun terakhir ini kampungku dilanda banjir rob. Karena,
air rob yang berasal dari laut 2km dari rumahku itu bisa mematikan pohon dan
tanaman yang terendam olehnya. Padahal dulu sama sekali tidak pernah ada banjir
rob yang mendatangi kampungku. Ibarat orang yg terkena kanker, mungkin pohon
jambuku sekarang ini sudah memasuki stadium akhir, mati segan hidup pun tak
mampu.
Terlalu banyak kisah yang dibuat
oleh pohon jambuku ini. Hanya karena satu pohon jambu yang berbuah kita bisa
membagi kebahagiaan kepada banyak orang. Sungguh indah esensi pohon jambu
bagiku.
Pohon yang tak kalah memiliki
cerita menarik yaitu pohon kelapa. Pohon itu tumbuh menjulang tinggi dihalaman
belakang rumahku yang tanahnya ditumbuhi
rumput-rumput liar. Sewaktu aku kecil, sehabis umi pulang dari bekerja dan
sepulang kakakku dari sekolah kami sering menghabiskan waktu dibelakang rumah.
Menggelar tikar dari anyaman rotan dibawan pohon kelapa yang rindang. Udara
siang yang terik tidak terasa karena kami berlindung dibawah pohon kelapa itu.
Aku yang masih terlalu kecil kala itu tidak ingat betul apa yang kami lakukan
disana. Yang pasti kuingat waktu itu yaitu, betapa bahagianya aku memiliki
quality time bersama mereka. Walaupun hanya terduduk disana tapi sungguh sangat
menyenangkan. Lebih menyenangkan lagi ketika umiku membelai lembut rambutku dan
tak berapa lama aku sudah tertidur dipangkuannya. Sungguh sangat menyenangkan
momen seperti itu. Yang sekarang ini tak lagi kudapatkan, ya karena kesibukan masing-masing. Cerita lain dari pohon kelapa yaitu, ketika
pohon itu berbuah dan kakakku laki-laki dengan semangatnya memanjat pohon
kelapa untuk mengambil buahnya. Aku yang masih kecil hanya melihat dari bawah
dan terheran-heran bagaimana bisa kakakku bisa sampai diatas pohon kelapa yang
menjulang tinggi itu. Sesampainya dia dibawah, dengan cekatan dia membuka buah
kelapa yang telah berjatuhan dari atas tadi. Akupun ikut berebutan untuk ingin
mencicipi sedapnya air kelapa yang masih muda itu. Rasanya berbeda jika
dibandingkan dengan sekarang bisa membeli es kelapa muda instant dipinggir
jalan. Kebersamaan itu yang membedakannya. Selain kisah bahagia, terkadang
pohon kelapa juga mendatangkan duka untuk keluargaku. Apalagi ketika hujan
lebat disertai angin kencang, daun pohon kelapa yang sudah tua (blarak) jatuh
karena angin kencang. Dan pernah suatu ketika jatuh diatas genteng-genteng
rumah kami, sehingga membuat rumah kami bocor. Kisah tragis lain yaitu ketika
ada pohon kelapa tetangga yang sudah tua dan sudah mati. Tetapi pohon itu masih
berdiri dan belum ditebang. Saat itu orangtuaku mengkhawatirkan pohon kelapa
itu yang jikalau ada hujan lebat, bisa jadi pohon itu akan tumbang kearah rumah
kami karena posisinya yg lebih dekat dengan rumah kami. Dan kekhawatiran itu
terbukti. Suatu ketika ada hujan lebat di malam hari. Pagi harinya setelah
dicek ternyata pohon kelapa itu sudah tumbang. Tapi Alhamdulillah tidak
mengenai rumah kami, posisi pohon itu tumbang agak miring, hampir saja rumah
kami ambruk jika pohon itu benar-benar tumbang mengenai rumah kami. Tapi
Alhamdulillah Allah memberikan pertolongan-Nya. Dan sekarang sudah tidak ada
lagi pohon kelapa dihalaman belakang rumah kami. Dan sudah tidak ada juga
pohon-pohon kelapa milik tetanggaku. Pohon-pohon kelapa sudah ditebang, karena
mereka mati terkena banjir rob. Karena,
air rob yang berasal dari laut 2km dari rumahku itu bisa mematikan pohon dan
tanaman yang terendam olehnya. Padahal dulu sama sekali tidak pernah ada banjir
rob yang mendatangi kampungku.
Cerita lain yang tak kalah seru
yaitu datang dari pohon kresen. Entahlah ditempat lain apa namanya, yang jelas
begitu cara orang-orang disini menyebut pohon yang memiliki buah kecil mirip
cherry itu. Ada yang iseng juga menyebutnya dengan “cherry jowo”. Jika di Solo
pohon satu ini disebut talok. Aku paling suka manjat pohon kresen, karena
berbagai alasan. Alasan yang paling basic yaitu, karena pohon ini mudah sekali
untuk dipanjat. Tidak terlalu tinggi dan batang yang cukup kuat jika sudah
berusia tua. Selain itu, berbeda dengan pohon jambu yang banyak semutnya, pohon
kresen terbebas dari yang namanya semut. Jadi, aman banget manjat pohon kresen.
Gak takut jatuh dan badan merah-merah karena gigitan semut. Alasan lain
memanjat pohon ini ya pastilah karena mereka berbuah!! Memiliki buah
kecil-kecil mengharuskan kita untuk memanjat pohon ini untuk menikmati buahnya.
Yaa walaupun buahnya juga bisa sih dipetik dari bawah tanpa harus manjat. Tapi
ya kurang greget lah kalo belum manjat. Hehe. Cerita dibalik pohon ini beragam
sekali. Aku ingat dulu waktu masih kecil pernah dibuatkan ayunan yang
digantungkan pada pohon ini. Kemudian aku diayunkan dengan kencang oleh
kakakku. Selain itu, lewat pohon kresen ini aku bisa naik keatas loteng. Tak
ada rotan akarpun jadi, tak ada tangga pohon kresen pun jadi. Banyak jalan
menuju loteng. Karena diloteng biasanya aku habiskan dengan untuk menyendiri.
Memikirkan tentang mimpi, masa depan, dan masalah yang sedang kuhadapi. Selain
itu diloteng adalah best view untuk menikmati sunset. Back to pohon kresen,
jadi dulu aku memiliki banyak pohon kresen dihalaman belakang rumah. Tapi
sekarang tinggal satu. Dan aku harap pohon itu akan terus ada walaupun badai
dan topan menghadang. Walaupun banjir rob datang. Karena, air rob yang berasal
dari laut 2km dari rumahku itu bisa mematikan pohon dan tanaman yang terendam
olehnya.
Pohon yang multifungsi lainnya
yang tumbuh dibelakang rumah yaitu pohon pisang. Tentu saja aku tak pernah
memanjat tumbuhan dikotil satu ini. Pohon pisang mungkin jadi idaman umiku.
Karena biasannya kalau dia memasak dan membutuhkan daun pisang, dia langsung
saja tinggal mengambil daunnya dibelakang rumah. Namun sekarang, harus
repot-repot beli kepasar dulu. Its not about money, but it is about efficiency.
Nah kalo waktu kecil yaa pohon pisang ini lumayan lah jadi pohon favorit.
Karena apa coba, karena untuk bermain pasar-pasaran (dodol-dodolan) biasanya
aku mengambil daun pisang, batangnya, dan kalo ada sekalian sama jantung pisang.
Biasannya dipotong-potong dan aku seolah-olah menjadi penjual makanan. Dan aku
akan membungkuskan makanan yang isinya batang dan jantung pohon pisang dan
bahan-bahan lainnya kepada temanku. Kita berperan seolah-olah melakukan
jual-beli gituuu. Kalo sekarang aku udah gak punya pohon pisang lagi. Aku lupa
apakah sengaja ditebang atau terkena banjir rob dan berakhir mati. Karena, Air
rob yang berasal dari laut 2km dari rumahku itu bisa mematikan pohon dan
tanaman yang terendam olehnya.
Kira-kira itulah cerita dibalik
pohon-pohon yang tumbuh dihalaman rumahku. Selain itu ada juga cerita tentang
daun pandan yang tumbuh dibelakang rumah, yang tentu bisa digunakan memasak oleh umiku.
Maupun cabe-cabean yang bisa langsung dipetik untuk memasak saat sudah berbuah.
Bahkan rumput-rumput liar yang tumbuhpun menyimpan cerita tersendiri, dulu aku
suka berjalan diatas rumput liar itu dengan bertelanjang kaki. Merasakan kakiku
terelaksasi oleh pijatan-pijatan alami rumput liar itu. Terkadang juga aku tak
enggan tiduran diatas rumput liar itu, sambil menengadah keatas langit. Langit
yang kala itu terasa indah bagiku. Semua itu sekarang sudah tiada, daun pandan,
cabe-cabean, hingga rumput liar, semuanya sudah tereksekusi oleh kerasnya alam.
Digulung oleh banjir rob. Karena, air rob yang berasal dari laut 2km dari
rumahku itu bisa mematikan pohon dan tanaman yang terendam olehnya. Air rob
yang mendatangi kampungku 2 tahun belakangan ini. Padahal dulu tidak ada sama
sekali air rob yang datang.
Sekarang halaman depan rumahku
dan halaman belakang rumahku telah di-paving. Dihalaman depan yang tersisa
hanyalah pohon jambu air yang sebatang kara. Yang sudah terlalu tua dan tidak
mampu untuk berbuah lagi. Tapi aku bersyukur karena pohon jambu itu masih
bertahan. Dihalaman belakang hampir tidak ada yang tersisa lagi, kecuali sebatang
pohon kresen yang bernasib sama dengan pohon jambu air. Mereka sama-sama
sebatang kara, dan dalam kondisi yang kritis. Pohon-pohon dan tanaman lainnya
telah tereksekusi oleh alam, oleh banjir rob yang melanda beberapa waktu lalu. Karena,
air rob yang berasal dari laut 2km dari rumahku itu bisa mematikan pohon dan
tanaman yang terendam olehnya.
Sekarang hanya 2 pohon itu yang
kami punya. Padahal dulu kampungku termasuk kampong hijau dengan banyak
pohon-pohon yang tumbuh. Kelak ketika aku sudah memiliki rumah sendiri, aku
ingin memelihara banyak pohon yang akan membawa banyak cerita dan kebahagiaan.
Save the plants and trees!
0 komentar:
Posting Komentar