MENGEMBANGKAN DAYA TARIK
BANGSA INDONESIA DI SEKTOR PARWISATA MELALUI KONSEP DESA WISATA
Oleh: Fatimah Bilqis
Indonesia adalah sebuah negara yang
memiliki kekayaan alam, budaya, bahasa dan kesenian yang beraneka ragam. Dari
setiap daerah di Indonesia memiliki ciri khas tersendiri yang menjadi daya
tarik daerah tersebut. Kekhasan dari setiap daerah itulah yang kemudian dapat
dijual melalui sektor pariwisata. Apalagi ditambah dengan keramahan masyarakat
Indonesia, menjadikan Indonesia sebagai tempat yang nyaman dan aman untuk
dikunjungi dan ditinggali. Keberagaman
alam, budaya, bahasa, etnis, dan kesenian yang ada di Indonesia dapat dimanfaatkan
sebagai nilai jual dan dikembangkan melalui pariwisata.
Daya tarik ataupun ciri khas yang
dimiliki bangsa indonesia dalam hal bahasa, budaya, alam, dan kesenian tidak banyak
dimiliki oleh negara-negara lain. Sehingga seharusnya dengan daya tarik tersebut
memudahkan Indonesia untuk menjual daya tarik yang mereka miliki. Namun jika
kita lihat negara-negara seperti Malaysia, Thailand, dan Singapura jauh lebih
unggul dalam sektor pariwisata. Meskipun wisata yang mereka tawarkan juga
memiliki banyak kesamaan dengan negara lainnya mereka terbukti mampu mendorong
wisatawan untuk berkunjung ke negara mereka. berbeda denga Indonesia yang
memiliki keanekaragaman suku, budaya, bahasa, kesenian hingga geografis dan
pemandangan alamnya belum mampu secara maksimal mendorong wisatawan untuk
berkunjung ke Indonesia. Indonesia yang memiliki jauh lebih banyak potensi
pariwisata, masih tertinggal jauh dari Malaysia yang mengadalkan sektor
pariwisata sebagai devisa utama negara itu. Ketertinggalan Indonesia di sektor
pariwisata dapat kita lihat dalam angka, bahwa pada tahun 2012 Malaysia mampu mendorong sebanyak 25 Juta
wisatawan ke negara mereka, sedangkan di tahun yang sama Indonesia hanya mampu
mendorong 8 juta wisatawan. Ketertinggalan di sektor pariwisata itulah yang
seharusnya menjadi pekerjaan bagi pemerintah dan masyarakat untuk lebih serius
memajukan sektor pariwisata di Indonesia.
Pemerintah Indonesia memang tidak hanya
tinggal diam melihat ketertinggalan negara kita dengan negara-negara ASEAN di
sektor pariwisata. Banyak langkah yang sudah menjadi terobosan untuk
mendongkrak pariwisata Indonesia di mata dunia, diantaranya adalah menaikkan
anggaran promosi pariwisata. Promosi adalah kegiatan yang sangat penting
dilakukan untuk memperkenalkan suatu brand. Lewat promosi, pemerintah dapat
menginformasikan, membujuk dan mengingatkan wisatawan untuk dikenal oleh
masyarakat. Pariwisata Indonesia yang gencar dilakukan melalui media massa
secara efektif akan mempengaruhi psikologi orang yang melihat iklan tersebut
dan menumbuhkan rasa penasaran (curiousity) mereka terhadap Indonesia
hingga akhirnya mereka memutuskan untuk berkunjung ke Indonesia. Tanpa adanya
promosi yang besar-besaran melalui media massa, sulit sekali pariwisata
Indonesia untuk dapat bersaing dengan negara-negara lain. Malaysia pun secara
gencar melakukan promosi pariwisata mereka melalui media massa sehingga menarik
masyarakat internasional untuk mengunjungi negara mereka. Diharapkan melalui
peningkatan anggaran promosi dapat menyedot wisatawan untuk berkunjung ke
Indonesia. Hal lain yang dilakukan oleh pemerintah sebagai upaya untuk
mendongkrak pariwisata Indonesia dimata dunia adalah dengan membuat kebijakan
bebas visa bagi negara-negara tertentu. Dengan bebas visa, banyak masyarakat
internasional yang tertarik untuk mengunjungi Indonesia. Diantara negara-negara
yang bebas visa antara lain, jepang, Inggris, Korea Selatan, dan negara lain
yang target nya masih digodok oleh pemerintah agar tepat sasaran. Dengan strategi
seperti itu pemerintah berharap mampu mendorong wisatawan mancanegara untuk
berkunjung ke Indonesia.
Untuk mengembangkan sektor pariwisata
Indonesia diperlukan seluruh kontribusi dari masyarakat dan pemerintah. Melalui
kebijakannya pemerintah dapat membuat aturan-aturan terkait pariwisata.
Kemudian dalam sektor pembangunan, daerah-daerah yang akan dijadikan sebagai
tujuan pariwisata harus digali kekhasannya dan dibangun infrastruktur dan
transportasi yang menunjang kegiatan kepariwisataan. Tanpa adanya kemajuan
dibidang tersebut, mustahil rasanya pariwisata Indonesia dapat berkembang
bahkan bersaing dengan negara lain.
Salah
satu upaya untuk membangun pariwisata Indonesia bisa dilakukan dengan
cara pembangunan bottom up, yaitu membangun dari bawah keatas.
Melalui cara itu, dapat dilakukan dengan mengembangkan konsep desa wisata
sebagai upaya membangun pariwisata Indonesia. Pengembangan desa wisata yang
dikelola oleh masyarakat dan pemerintah setempat akan membawa dampak menyeluruh
terhadap pariwisata nasional jika hal tersebut digarap dengan serius.
Nurhayati dalam (Susilo, 2008: 1 )
mengungkapkan desa wisata adalah suatu bentuk integrasi antara atraksi,
akomodasi, dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur
kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku. Artinya
program desa wisata sebagai salah satu upaya untuk membangun pariwisata
Indonesia melibatkan seluruh elemen masyarakat dan pemerintah. Daerah-daerah
yang akan diusung menjadi desa wisata harus memiliki kekhasan dan digali
potensi pariwisata yang dimiliki, baik itu wisata alam, wisata budaya, wisata
religi, wisata sejarah maupun kombinasi dari seluruh wisata tersebut. Setelah
potensi pariwisata dari masing-masing daerah dapat digali kemudian dilakukan
perencanaan terkait akomodasi dan fasilitas pendukung pariwisata lainnya.
Wisatawan akan enggan untuk datang ke tempat-tempat yang sulit dijangkau dan
fasilitas yang ada juga terbatas. Sebaliknya, jika akomodasi dan fasilitas
memadai dan pengunjung mendapatkan kepuasan setelah melihat kekhasan dari desa
wisata, maka mereka akan kembali lagi untuk mengulangi pengalaman tersebut.
Perkembangan desa wisata di Indonesia
saat ini bisa dibilang cukup pesat, saat ini sudah ada lebih dari 978 desa
wisata yang tersebar di Indonesia. Setiap desa wisata tersebut mengusung
keunikan desa mereka masing-masing. Daerah Yogyakarta merupakan daerah yang
perkembangan desa wisatanya cukup pesat. Namun tidak semua dari desa wisata
tersebut unggul di sektor pariwisata dan mampu mendatangkan banyak wisatawan.
Banyak desa wisata yang juga sepi wisatawan dan juga ada pula desa wisata yang
dibanjiri oleh wisatawan hingga membludak. Salah satu desa wisata di Jogja yang
dibanjiri wisatawan adalah Ekowisata Gunung Api Purba Nglanggeran. Wisatawan
dari luar dan dalam negri terus berdatangan untuk melihat keunikan dan kekhasan
yang ditawarkan oleh Ekowisata Gunung Api Purba Nglanggeran tersebut. Desa
wisata itu mampu menjual keunggulan yang mereka miliki kepada masyarakat karena
beberapa faktor, diantaranya adalah fasilitas yang memadai, akomodasi yang
mudah dijangkau, dan promosi yang giat. Meskipun mengunggulkan gunung purba
sebagai keunikan mereka, Ekowisata tersebut menyediakan fasilitas yang cukup
memadai seperti toilet, mushola, parkir, hingga gazebo untuk istirahat. Hal
tersebut membuat pengunjung menjadi nyaman ketika mereka datang kesana. Mereka
tidak lagi menemukan kendala-kendala karena fasilitas sudah disediakan oleh
pengelola Ekowisata tersebut. Faktor lain yang membuat Ekowisata Gunung Api Purba
Nglanggeran banyak didatangi wisatawan adalah mudahnya akomodasi untuk mencapai
kesana. Untuk wisatawan lokal biasanya mereka memilih transportasi pribadi
seperti mobil maupun motor. Namun untuk wisatawan dari mancanegara maupun luar
kota mereka lebih memilih untuk menggunakan jasa biro perjalanan. biro
perjalanan sebagai agen pariwitasa ikut berperan dalam mempromosikan Ekowisata
Gunung Api Purba Nglanggeran kepada para wisatawan sehingga bukan suatu hal
yang mengherankan jika Ekowisata Gunung Api Purba Nglanggeran mengalami
kebanjiran wisatawan, apalagi ketika waktu libur panjang maupun weekend.
Agen travel atau perjalanan biasanya menawarkan paket tur ke Ekowisata Gunung
Api Purba Nglanggeran dalam paket perjalanan mereka, dari situlah banyak
wisatawan akhirnya terus berdatangan kesana. Faktor lainnya yang mempengaruhi
banyaknya pengunjung kesana adalah dengan promosi yang mereka lakukan maupun
yang pihak lain lakukan. Promosi yang dilakukan oleh pihak pengelola Ekowisata
Gunung Api Purba dilakukan melalui media massa maupun media sosial. Pengelola
memiliki website khusus yang berisi tentang seluruh informasi tentang Ekowisata
Gunung Api Purba Nglanggeran. Sehingga
memudahkan wisatawan untuk mencari tahu bagaimana wisata yang ditawarkan oleh
Ekowisata Gunung Api Purba Nglanggeran. Kemudian media massa juga berperan
aktif memberitakan melalui media televisi, koran, maupun internet. Hal itu
secara tidak langsung menginformasikan kepada masyarakat tentang Ekowisata
Gunung Api Purba Nglanggeran dan menggugah rasa ingin tahu mereka sehingga mereka
juga ingin mengunjungi Ekowisata Gunung Api Purba Nglanggeran. Kemudian banyak
wisatawan yang telah berkunjung ke desa wisata gunung api purba nglanggeran memposting
testimoni dan foto-foto mereka di media sosial. Secara tidak sadar mereka telah
melakukan promosi terhadap Ekowisata Gunung Api Purba Nglanggeran tersebut melalui
media sosial yang mereka miliki. Akibatnya banyak orang yang penasaran dan
bahkan ingin berkunjung ke ekowisata gunung api purba nglanggeran meskipun
hanya melihat dari foto dan testimoni orang-orang yang sebelumnya pernah
kesana.
Kemajuan yang dialami ekowisata gunung
api purba nglanggeran tersebut seharusnya dapat dijadikan sebagai desa wisata
percontohan yang strategi dan pengelolaannya dapat ditiru oleh desa wisata di
Yogyakarta maupun desa wisata di seluruh Indonesia. Jika kesempatan ini dilihat
secara serius oleh pemerintah, dan perkembangan desa wisata benar-benar
diperhatikan oleh pemerintah, maka sangat mungkin sekali nantinya desa-desa
wisata yang kecil itu dapat berubah menjadi desa wisata bertaraf internasional
yang dikunjungi oleh wisatawan di berbagai belahan dunia.
Akhirnya nantinya sebuah keberhasilan di
sektor pariwisata yang dilakukan melalui program pengembangan desa wisata
tersebut dapat meningkatkan perekonomian masyarakat, membuka lapangan pekerjaan
baru, dan lebih jauh lagi dapat memberikan kontribusi untuk devisa negara
melalui kunjungan yang dilakukan oleh wisatawan mancanegara.
Tulisan ini menjadi nominasi dalam Lomba "70 Wajah Indonesia tahun 2015" yang diselenggarakan FH UGM tahun 2015 dan dibukukan dalam buku berjudul "70 Wajah Indonesia"