BERBURU JAJANAN DAN MENUNTASKAN KEGELISAHAN DI ALUN ALUN KIDUL JOGJA



Hari itu tanggal merah dan cuaca cerah sekali. Mau jalan kemana juga bingung karena hari itu tanggal merah dan pastinya Jogja selalu ramai di tanggal-tanggal merah. Mau ngajak main jauh-jauh takutnya Viqy juga capek karena sibuk kerja terus. Namun cuaca cerah hari itu terlalu menggoda untuk dilewatkan. Kukatakan ke Viqy kalau sore nanti sunset nya bakalan bagus banget. Viqy pun setuju untuk jalan-jalan sore. Namun bingung mau menghabiskan sore dimana. Akhirnya tercetuslah ide buat ke alun-alun kidul, karena katanya dia belum pernah kesana.

 

Akupun tak percaya kalo Viqy gak pernah ke Alun-Alun Kidul, one of The famous place in Yogyakarta. Ya meskipun Viqy baru banget tinggal di Jogja, namun dia udah main ke banyak tempat-tempat wisata di Jogja. Bahkan dia pun udah pernah susur pantai di Gunungkidul segala. Ngecamp dari satu pantai ke pantai lainnya. Hal yang pengen banget aku coba di tahun ini, namun belum ada partner untuk merealisasikannya.

Setelah sampai di Alun-Alun Kidul ternyata benar kan dugaanku, Viqy udah pernah kesana sekali. Tapi waktu itu dia cuma sebentar mampir kesana. Lalu kami memarkirkan motor dan berjalan sebentar mengelilingi Alun-Alun Kidul. Sempat juga dia mencoba untuk melewati dua pohon beringin yang menjadi ikon dari Alun-Alun Kidul. Tapi baru beberapa langkah ternyata dia udah putus asa aja. 

Sebelum berangkat ke Alun-Alun Kidul (Alkid), akupun bilang ke Viqy kalo nyore di Alkid itu enaknya duduk-duduk sambil beli jajanan ringan seperti bakso bakar, cilok gajahan, es krim goreng, sampai bakwan kawi, kalau makanan beratnya kurang enak si menurutku. Beda lagi kalau kamu ke Alkid pagi hari, banyak banget makanan berat seperti nasi kuning, lontong sayur, susu segar yang whort to buy. Rasanya enak, harganya pun juga enak. 

Sambil jalan dan mencari-cari jajanan yang enak, kami mendengar suara riuh dari penjual es potong goreng, es krim favoritku sejak jaman kecil dulu. Kamipun tertarik untuk membelinya. Harganya untuk satu potong Rp 3000 saja. Namun pas kami beli 2 potong, jadi Rp 5000 aja. Biasanya Bapaknya akan ngasih gimmick macem-macem kalau ada mbak-mbak yang beli. Misalnya saja waktu itu setelah aku beli ada mbak yang beli dan Bapak Penjualnya bilang,
“buat mbaknya yang cantik dan manis saya kasih 5 ribu saja dua”
Bodo amat. Batinku sambil ngakak dalam hati. Tapi Viqy protes kok waktu dia beli gak di bilang manis dan cantik. Haha dasar LDR, gitu aja baper nduk. Aku aja yang jomblo sante wae kok.

Ee goreng, es potong

Habis beli es krim goreng terus kami bingung mau nyari duduk dimana. Kamipun lihat beberapa orang yang asyik duduk di area rerumputan di Alkid. Akhirnya kami ikut-ikutan duduk disana sambil menghabiskan es krim goreng yang cepat banget meleleh. In Quiet way,  kami menghabiskan es krim sambil mengamati perilaku orang yang datang kesana. Ada bule melintas dengan tinggi badan yang bak model papan atas, ada keluarga muda yang sibuk selfie berdua sedangkan anaknya dianggurin main gelembung sendiri, ada pasangan yang lagi mesra-mesranya, ada orang-orang dari luar kota yang nampak bahagia banget waktu nyoba ngelewatin dua pohon beringin walaupun ya gagal terus, lalu ada pula golongan orang-orang yang semangat hidup sehat dengan lari-lari muterin alun-alun. Dari pengamatan beberapa saat itu banyak golongan pengunjung dari kelompok-kelompok diatas. Sedangkan kelompok seperti kami yaitu dua orang sahabat yang satunya jomblo satunya lagi LDR sedang menikmati sore di alkid dengan memikirkan kenangannya masing-masing, mungkin sangat sedikit sekali jumlahnya.


Tapi itulah kami, duduk berdua, menikmati waktu bersama, namun pikiran melayang kemana-mana. Lalu pikiran kami dibuyarkan dengan suara riuh dari speaker penjual es goreng yang terdengar sampai ke seluruh penjuru Yogyakarta. Bapak penjual es goreng itu mengulang kata-katanya yang sama dengan susunan kata yang tidak sesuai dengan SPOK. Jadinya seperti ala-ala kalimat yang seringkali diucapkan oleh Vicky Prasetyo. Berantakan namun tidak kuasa untuk ditertawakan. Sontak kami berdua pun tertawa mendengar suara dari bapak tersebut.

Lalu kami membuka percakapan dengan menceritakan kisah masing-masing. Tentang kegelisahan Viqy menjalani cinta jarak jauh. Tentang kekecewaanku ditinggalkan orang yang sudah bertahun-tahun berada di hati yang sama. Dan Viqy tahu benar bagaimana hubungan aku dan sang mantan. Mulai dari hal remeh temeh hingga perseteruanku dengan si dia, Viqy pun tahu itu.

Setelah bermenye-menye dengan cerita masing-masing, akupun sampai lupa belum foto saat cahaya matahari masih oke untuk foto. Tau-tau hari cahaya matahari sudah redup dan digantikan dengan semburat orange di langit yang benar-benar indah. Ternyata benar prediksi kami kalau sunset hari ini bakal indah. Kami menikmati sunset indah sore itu di Alkid dan sesekali mengabadikan momen tersebut.



senja di alun-alun kidul


Sore pun berganti petang, namun bukan berarti keriuhan Alkid malah menghilang. Semakin petang, semakin banyak orang-orang berdatangan. Mobil-mobilan dengan lampu warna-warni dilengkapi lagu-lagu hits music prambors atau dangdutan mulai terlihat keluar dari kandangnya dan turun ke jalanan. Viqy pun ingin sekali naik mobil-mobilan itu, tapi ya masak Cuma berdua aja naiknya. Sepertinya lain kali kita harus kesana dengan anggota yang lebih banyak agar bisa diajak menggenjot mobil-mobilan bersama. Akupun jadi teringat dulu pertama kali ke Alkid berdua dengan sang mamas (mantan) diajak naik sepeda tandem, sepeda yang bisa buat dua orang itu lho. Waktu itu masih ada penyewaan sepeda jenis itu untuk berkeliling alun-alun. Tapi kok kemarin aku tak melihatnya lagi ya.
Ketika petang menjelang, warung-warung penjual jagung bakar pun menggelar lesehannya. Kami yang belum ingin pulang melanjutkan duduk-duduk di lesehan berupa tiker yang digelar diatas rerumputan. Kamipun memesan jagung bakar dan Viqy mencoba Thai Tea yang dijual tak jauh darisitu. Setelah datang pesanannya, kamipun sepakat kalau jagung bakarnya tidak terlalu enak. Yaaaa B aja lah atau biasa aja. Viqy yang agak kesel terus ku kasih tau kalau emang jajanan di alkid itu gak menjual rasa, namun mereka menjual moment. Mungkin buat aku yang tinggal di Jogja, makan jagung di Alkid ya biasa aja. Tapi buat orang dari luar kota, mereka akan menikmatinya. Menikmati momen-momen makan jagung sambil lesehan dengan lampunya yang temaram bersama sang belahan jiwa. 

Viqy menikmati jajanan di alkid


Akhirnya sambil lesehan dan makan jagung bakar, kami pun berbagi cerita lagi. Dari dulu, sejak masa SMA, Viqy selalu menjadi orang yang bisa kubagi cerita tentang hal yang tidak bisa kuceritakan pada orang lain. Itu karena ketika aku cerita, she never blame on me, she never think me insane, she never judge me that I’m a fool. Yang dia lakukan yaitu mendengarkan, bertanya, dan ngasih saran. Rasanya sedikit lega menceritakan apa yang tidak bisa aku ceritakan ke orang. Mendapatkan saran atas kegelisahanku. Hingga akhirnya she gimme some advices

“Dia tidak suka sama kamu. Mungkin he’s just playing with you. Datang ketika butuh. Pergi ketika jenuh. Dan dia tidak akan pernah jatuh hati padamu. Jadi jangan sampai kamu jatuh hati pada orang seperti itu.”

Lalu akupun membahas orang yang berbeda, orang yang terang-terangan serius namun sampai sekarang aku tak bisa menerimanya karena berbagai pertimbangan. Lagi-lagi Viqy ngasih saran akan kegelisahanku

Kalo kamu suka, ya gak masalah. Tapi kalo gak suka, ngomong aja dari awal. Jangan terus-terusan seperti sekarang ini.”

Mendengar saran-saran dari Viqy aku sedikit tercerahkan. Intinya aku harus berani bersikap. Ngomong “nggak” untuk sesuatu yang tidak aku suka. Bilang “Iya” untuk sesuatu yang kuyakini.

Akhirnya selesai obrolan itu kamipun bergegas untuk pulang. Daripada lama-lama disana nanti semakin banyak pengamen yang datang.

0 komentar:

Posting Komentar