camping area Pantai Ngrumput

Dari sekian banyak pantai yang ada di Gunung Kidul, Pantai Ngrumput inilah yang cocok buat camping. Kenapa? Karena di waktu weekend pantai ini gak terlalu ramai. Trekking-nya juga gak jauh-jauh banget. Dari sini juga bisa jalan kaki menuju Puncak Kosakora. Pokoknya pantai ini PAS buat camping rame-rame bareng temen dikala Kamu penat dengan semua pekerjaan kantor atau tugas kuliah. 


Awalnya, aku sendiri gak ada niatan buat nge-camp di pantai. Pokoknya akhir Minggu pengen ke Jogja aja. Satu, karena rindu. Dua, karena ada yang mau diurus. Lalu muncullah alasan ketiga, yaitu diajak temen kantor lama buat nge-camp di pantai. Yasudah, pas banget aku mau ke Jogja ya langsung cusss saja!


Dari Semarang pagi sampai di Jogja siang hari. Kemudian berkumpul di kosan temen buat bareng-bareng berangkat ke pantai. Total waktu itu ada 10 orang yang masing-masing berboncengan. Bahkan ketika mau berangkat pun aku masih gak tau mau nge-camp dimana. Yaudah yang penting aku ngikut aja. 


Perjalanan berangkat terasa laaamaaaa sekali. Start sekitar jam 3-an sore, dengan harapan bisa lihat sunset di pantai. Namun karena Kami saling menunggu satu sama lain agar tidak ketinggalan, harapan itu pun cuma tinggal harapan hehe. Jadilah perjalanan yang harusnya bisa ditempuh 2 jam, jadi molor hingga akhirnya tak kebagian sunset lagi. 


Kami menempuh rute via Panggang untuk perjalanan menuju pantai. Rute Panggang menurutku lebih asyik ya. Selain tak banyak kendaraan yang berseliweran, jalan Panggang pun sekarang sudah mulusssss. Sedikit lampu merah dan jalan pun gak terlalu berkelok-kelok. Bahkan menurutku lebih asyik daripada lewat rute via Jalan Wonosari. Mungkin jika Kamu berencana ke Gunung Kidul, bisa coba kesana lewat daerah Panggang. 


Sesampainya di daerah pantai Gunung Kidul, rombongan sempat bingung dan muter-muter di daerah Pantai Drini. Aku kira, Kami akan nge-camp di Pantai Drini. Wah udah males banget aku kalau nge-camp disana. Soalnya di Pantai Drini menurutku kurang oke buat camping. Udah terlalu kawasan wisata Gunung Kidul lah, agak ramai dan sedikit kotor. Bayanganku kan nge-camp di area yang masih jarang orang kesana plus gak terlalu ramai. 


Untungnya, aku dan temenku se-frekuensi. Jadilah dia membawa Kami buat nge-camp di area camping Pantai Ngrumput. Ketika sudah sampai area parkir, hari sudah gelap. Kebetulan di area parkir tersedia mushola dan kamar mandi. Temen-temen pun sholat dulu disana sebelum menuju ke camping area Pantai Ngrumput. Soalnya di kawasan camping area Pantai Ngrumput sudah gak ada lagi kamar mandi dan mushola. Jadi jika mau pipis atau kebelet pup ya harus jalan kaki dari camping area ke parkir area. 

Dari area parkir, Kami harus berjalan sekitar 10 menit melewati jalan berbatu tajam, perkebunan milik warga, ditambah dengan trekking naik turun. Karena hari sudah petang, maka wajib banget membawa penerangan menuju ke camping area. Usahakan buat memakai sandal yang gak licin atau sepatu olahraga. Pokoknya jangan pakai alas kaki yang licin jika gak mau kepleset waktu trekking ya!


Kalau menurutku trekking ke Pantai Ngrumput Gunung Kidul ini masih dalam kategori wajar ya. Jadi cocok buat siapapun yang mau kesana. Soalnya pernah ngerasain trekking yang lebih sadisss lagi waktu ke Pantai Greweng Gunung Kidul. Ini gak ada apa-apanyalah yaaa. Namun kalau disuruh bolak-balik ya malas juga. Hehe


Ketika sudah sampai di kawasan camping area Pantai Ngrumput, Kami segera mencari spot nyaman untuk mendirikan tenda. Kami tiba disana belum ada jam 8, namun sudah ada beberapa tenda yang terpasang di pinggir pantai. Camping area Pantai Ngrumput ini cukup luas. Bisa pilih area yang langsung di pinggir pantainya atau area di balik pepohonan. Akhirnya Kami memilih mendirikan tenda di balik pepohonan. Pertama, menghindari ombak jika sewaktu-waktu tinggi. Kedua, yaudah temen-temen maunya juga disitu hehe. 


Ah...rasanya seneng banget pas waktu mau mendirikan tenda. Semesta seakan-akan mendukung. Langit cerah, bintang bertaburan, keliatan sangat sangat indah. Kami pun membagi tugas satu sama lain. Ada yang mendirikan tenda, ada yang membuat makanan dan minuman, ada yang ngeliatin plus nyenterin. Setelah drama-drama dikit waktu mendirikan tenda, akhirnya dua tenda pun berhasil terpasang. 


Kami pun menikmati malam dengan bakar-bakar sosis, bakso, dan jagung. Sembari sesekali gonjrengan bermain gitar. Duh syahdu sih rasanya. Gak ada sinyal, makan-makan, sambil nyanyi-nyanyi ceria. Oiya, jika Kamu pengen bebakaran juga, jangan lupa bawa arang dari rumah. Untuk kompornya bisa buat masak air saja. Jadi lebih hemat ya!


Setelah kenyang makan-makan akhirnya Kami nyoba aktivitas lain, yaitu bermain UNO! Games ini bisa banget jadi pemecah sekaligus pemersatu umat yaa. Seru sih main ini bareng temen-temen. Hingga akhirnya Kami semua larut bermain UNO berjam-jam lamanya. Kami pun berhenti bermain ini karena ada 2 orang teman yang menyusul. Untung deh gak keterusan bermain UNO sampai pagi.


Waktu menunjukkan lewat tengah malam. Beberapa orang memilih pergi tidur, ada pula yang gak bisa tidur dan memilih ngobrol bareng. Ngobrol banyak hal dari gak penting sampai yang agak penting. Buat aku yang baru beberapa bulan resign dari kerjaan, rasanya masih sedih meninggalkan teman kerja se-seru mereka. Mereka itu menyenangkan banget sebagai teman kerja sekaligus teman ngobrol. Sangat menyenangkan. Tapi ya gimana, ada satu dua tiga hal yang menjadi pertimbangan hingga akhirnya aku memilih CUKUP. 


Obrolan pun terus mengalir hingga tak terasa hingga waktu menunjukkan pukul 3.30 WIB. Alarm ku berbunyi. Kulihat orang-orang yang tadi ikut ngobrol mulai mengantuk. Namun mereka tetap rebahan di luar tenda dengan beralaskan seadanya. Aku pun belum terlalu ngantuk. Pengen rasanya motret milky way dan aku terus menerus menatap langit sambil rebahan di luar tenda. Tapi bintang malah makin hilang. Waktu pukul 4.30 WIB, angin makin kencang, milky way gak mungkin kelihatan, lalu kuputuskan untuk tidur ke dalam tenda. 


Saking nyenyaknya tidur, matahari pun sudah cukup tinggi. Sunrise udah lewat dan aku bergegas keluar tenda. Berharap dapat sisa-sisa sunrise yang masih oke buat di potret. Yah sayangnya memang matahari sudah cukup tinggi. Aku yang masih linglung bangun tidur, akhirnya memutuskan untuk berjalan sendirian berkeliling pantai. Lumayan lah masih dapet golden hour, meskipun melewatkan sunrise. Beberapa teman ada yang ke kamar mandi, ada pula yang asyik berduaan hihi, ada pula yang masih tidur nyenyak.


view di sekitar Pantai Ngrumput


Asyik sekali suasana pagi di Pantai Ngrumput. Gak terlalu banyak orang, ombaknya juga tenang, dan di sekitarnya ada beberapa batu besar yang ikonik. Agak ke tengah pantai, ada beberapa orang yang mencari ikan. Sesekali mereka lari-larian untuk menepi ketika ombak besar datang. Dari kejauahan aku mengamati mereka. Kadang ngeri juga ketika ombak besar datang menghampiri.


Para pencari ikan

Puas jalan-jalan sendiri, akupun balik ke camping area dan membuat Pop Mie untuk mengganjal perut. Oiya bila Kamu mau camping disini, usahakan untuk bawa air yang cukup ya. Soalnya repot jika airnya kurang dan harus bolak balik ke warung. Lumayan lah seporsi Pop Mie bisa menjadi energi di pagi hari. Setelah kenyang, beberapa teman ada yang memilih bermain UNO (lagi) dan ciwi-ciwi ada pula yang berfoto-foto syantik. 


temen-temen cewekku

memotret pengunjung lain dari atas tebing

Hari udah mulai siang, namun rasanya mager banget buat beranjak pulang. Hal yang kusuka waktu ke pantai yaitu sinar mataharinya dan tiupan angin yang membelai-belai wajahku. Duh rasanya aduhai. Apalagi sambil gitaran ditemani sama orang-orang kesayangan. Lengkap sudah. Jadi males balik hehe.


Tapi setiap perjalanan, pasti ada kata pulang. Ketika matahari semakin terik, Kami pun bersiap-siap untuk pulang. Sampah-sampah tidak Kami bawa pulang, namun Kami kumpulkan. Kata petugasnya, sampah ditinggal saja, nanti mereka yang mengambil sampah-sampahnya. Jika dilihat, memang kawasan disana cukup bersih kok. Padahal ya sering dibuat camping untuk orang-orang. Belum selesai mengumpulkan sampah, ada seorang Ibu yang minta izin mengambili sampah botol. Mungkin mau dijual lagi atau gimana. 



full team! Thank you guys!

Terima Kasih teman-teman... 
Menyenangkan sekali mengenal kalian, 
Menyenangkan sekali menghabiskan waktu dengan kalian, 
Menyenangkan sekali liburan bareng kalian.


Meskipun aku kerjanya udah gak bareng kalian, tapi kita bisa liburan bareng kok!



*Tiket masuk pantai Gunung Kidul : 10.000/orang
*Parkir : 5000/motor
*Izin camping : 15.000/tenda


“Oke besok Kita bangun jam 3 ya buat Lava Tour Merapi”, Kata Boss Aku yang mendadak ngide buat ngajak anak-anak sekantor nyobain Lava Tour dan lihat sunrise di Kaliadem. Padahal itu diluar agenda. Niat awal cuma nginep di Kaliurang buat membahas OKR (Objective Key Result) kantor, malah sekalian diajak berpiknik ria.

Dengan semangat 86 tentu banyak yang mengiyakan ajakan Pak Boss. Aku pun juga demikian. Ambisiku buat lihat Merapi tanpa ketutup awan memang belum tuntas. Nah ini ada ajakan buat lihat Merapi di pagi hari ya mana bisa aku tolak. Harapanku sih bisa dapet sunrise dan lihat Merapi tanpa ketutup awan.

Udah tau besok harus bangun lebih pagi, malah malamnya Aku masih sibuk mencari massa buat maen Warewolf bareng. Tapi karena gak ada yang tertarik, yaudah aku duduk di pojokan sambil ngobrol-ngobrol lucuuk bareng beberapa temen. Hemmm…obrolan yang lucu sekali.

Lalu setelah ber haha hihi ciya ciye dalam sebuah convo malam itu, akhirnya Aku memilih untuk TIDUR. Get some sleep for my body and mind. Dengan rapihnya, temenku udah menyiapkan beberapa jurus untuk bisa bangun pagi. Pasang alarm banyak banyak!

Udah siap buat bobok cantik, eh malah temenku ngajakin pillow talk. Alhasil curhat-curhat manja dikit sebelum tidur. Hemm….cerita ke dia tentang my broken relation dan hal lainnya yang gak jauh-jauh tentang perasaan. Dasar! cewe sama cewe kalau udah ketemu ya ngobrolinnya ga jauh jauh dari itu deh.

Gak mau berlama-lama pillow talk, akhirnya aku memilih buat tidur.

Sesuai dugaan! Paginya Kami gak bisa bangun tepat waktu. Ah lupakan saja itu bangun jam 3. Nyatanya, Adzan shubuh berkumandang, Kami baru bangun dan beranjak dari bed. Dengan gaya slow-ku, akupun bersiap-siap untuk gasss Lava Tour. Dan ternyata di halaman parkir villa, sudah terparkir 5 jeep gagah yang menunggu Kami untuk berangkat.

Saat itu udara gak terlalu dingin. Pas banget dan sooo heaven lah pokoknya udara di Kaliurang. Jadi ngebayangin punya satu rumah disini dan dikunjungin kalau lagi pengen menyendiri. Pukul 5 pagi, Semburat-semburat cahaya matahari sudah nampak. Langit yang berwarna kebiru-biruan pekat masih terlihat cantik dengan beberapa bintang bersinar dan bulan yang minimalis. Melihat jam udah segitu, Ah hopeless rasanya lihat sunrise di Merapi. Tapi, gak lama akhirnya Kami pun berangkat menuju track Lava Tour Merapi. 

view di depan villa

Track pertama yaitu Bunker Kaliadem. Tempat yang paling mainstream di Kaliurang, tapi memang itu jadi spot terbaik untuk menikmati Gunung Merapi dari dekat. Sampai disana, langit udah berubah jadi putih, udah terang. Namun untungnya, Kami masih bisa menikmati golden sunrise ketika Matahari perlahan-lahan bergerak naik. I Swear, it’s So beautiful. Ya meskipun dapetnya sunrise tipis-tipis karena kesiangan. Tak apalah!


Lucky Us! Hari itu cerah dan gak mendung sama sekali. Dan resolusiku buat liat Merapi tanpa ketutup awan pun udah tercapai dong. Pagi itu Merapi benar-benar cantik dan gagah. Lebih gregetnya lagi, di Bunker Kaliadem gak terlalu ramai wisatawan. Jadi ya Aku bener-bener bisa menikmati suasananya.


Landscape Gunung Merapi



Sebelumnya aku udah pernah beberapa kali ke Bunker Kaliadem atau ke Bukin Klangon buat lihat Gunung Merapi lebih dekat. Tapi selalu aja failed karena kesiangan. Sampai disana pasti Merapi udah ketutupan awan dan gak kelihatan lagi. Memang kata orang-orang sana, kalau pengen lihat Merapi ya harus datang pagi hari sebelum jam setengah 8 atau jam 8. Setelah jam-jam itu, biasanya kabut akan turun dan menyelimuti Gunung sampai gak keliatan.


Kalau ikut Lava Tour Merapi, Kita biasanya akan diberi batasan waktu. Waktu itu juga Kami diberikan batasan waktu buat foto-foto dan mengeksplore sekitar Bungker Kaliadem. Kalau kesana jangan Cuma foto-foto di sekitaran tulisan Bunker Kaliadem aja atau Cuma foto-foto diatas batu dengan background gunung Merapi. Jangan! Karena foto-foto kaya gitu udah mainstream banget. Cobalah buat ke sisi utara, ke tempat yang lebih sepi dan banyak tumbuhan-tumbuhan liar. Bisa jadi itu bakal jadi spot yang Oke untuk berfoto. Gak takut bocor karena banyak orang dan view nya gak kalah kece.


Setelah puas foto-foto dengan kamera HP, yang hasilnya juga lumayan okelah. Akhirnya Kami kembali ke tempat parkir jeep untuk melanjutkan perjalanan ke rute selanjutnya. Untuk rute selanjutnya aku agak lupa sepertinya ke Tebing Gendol dan Batu Alien. Biasanya jasa penyewaan Lava Tour Merapi sudah menawarkan paket rute yang ingin dikunjungi. Namun untuk rute selanjutnya bagiku ya biasa aja lah. Aku udah cukup puas waktu di Bungker Kaliadem, jadi gak fokus lagi mau kemana setelah itu. ehehe

Tapi rute terakhir dari Lava Tour Merapi ini bener-bener unforgetable dan misal Kamu pengen nyoba Lava Tour Merapi, Kamu harus pilih paket yang ada rute ininya! Yaitu rute offroad di Kali Kuning. Itu menyenangkan banget si. Bener-bener berasa naik jeep beneran.

Jadi di rute terakhir ini Kami terpaksa harus basah-basahan karena jeep akan melewati sungai. Untungnya si Bapak driver baik banget. Sebelum sengaja diceburkan ke sungai, aku minta waktu buat ngamanin HP dan melepas sweaterku. Akhirnya setelah ready, Bapaknya pun langsung gassspolll jeep yang Kami tumpangi melewati sungai yang namanya Kali Kuning. Airnya si gak terlalu dalem. Tapi yha kalau lewat situ dengan kecepatan tinggi, mau gak mau ya basyaaaahhh!




Apalagi jalanan di pinggir Kali Kuning  itu berkerikil. Bayangin deh Kamu naik kendaraan posisi gass polll, terus jalannya berkerikil, dan akhirnya sengaja nrabas sungai. Ya pasti basah semua dong ya. Aku pun waktu itu langsung pegangan kuat-kuat biar gak gejeduk-gejeduk. Dramanya lagi nih, waktu itu kan ada beberapa jeep. Dan tim lain yang ada di jeep yang berbeda sengaja pasang gass poll ketika melintas di jeep yang aku tumpangin. Itu nyesek sih jadi kecipratan dan basah seketika. Mau kesel tapi kok ya seneng. Hayo…


Puas berbasah-basahan di Kali Kuning, akhirnya Kami pun diantarkan kembali ke villa tempat Kami menginap. Agak menggigil juga si waktu di jalan dengan posisi basah. Tapi keseruan yang udah dilalui emang unforgetable banget! Soooooo WORTH IT lah sekali kali nyobain LAVA TOUR MERAPI





Jadi kalau Kamu pengen lihat Merapi tanpa ketutup kabut, JANGAN MALAS BANGUN PAGI !

Kalau Kamu pengen nyoba pengalaman yang berbeda di Kaliurang, Coba deh ikutan Lava Tour Merapi. Gak bakal nyesel apalagi kalau kesananya bareng rombongan.  






Posong, sebuah tempat yang indah untuk menikmati pemandangan alam pegunungan.

Udah lama aku mendengar suatu nama daerah di Temanggung yang katanya penghasil kopi. Nama daerahnya adalah Posong. Jaraknya sih gak jauh dari Yogyakarta. Sekitar kurang dari 3 jam perjalanan menggunakan motor. Bagiku Posong menjadi lokasi wisata alternatif yang sangat rekomended buat dikunjungin ketika udah bosen mengeksplore wisata-wisata yang ada di Yogyakarta.

Pertama kali ke Posong langsung kagum dengan Kota Temanggung yang rapih dan cantik banget. Menurutku Temanggung ini liveable banget. Kotanya cantik tertata rapi dan ekonominya pun menggeliat. Pagi harinya ketika sepulang dari Posong bahkan aktivitas ekonomi para petani tembakau bisa dilihat di pinggir-pinggir jalan. Melihat mereka bekerja dengan latar belakang pegunungan cukup membuatku bahagia. Ah begitu damai rasanya tinggal di Temanggung. Pikirku sih begitu waktu main kesana.

Lokasi wisata Posong sebenernya cukup mudah untuk ditemukan. Bermodalkan dengan Google Maps, lokasinya mudah untuk dijangkau. Apalagi buat yang udah sering pergi ke Dieng lewat Kota Temanggung. Mungkin sudah tidak asing lagi dengan rute menuju Posong melewati rute ke arah Dieng jika dari Jogja. Buat yang dari Jogja, rute paling mudah yaitu mengikuti jalan Jogja-Magelang. Setelah itu ketika ada di pertigaan daerah Secang belok ke kiri. Kalo lurus terus kan berarti jalan menuju Semarang. Nah setelah itu baru ikuti jalan sampai kamu tiba di Temanggung Kota. Kamu akan melewati alun-alunnya yang indah. Jarak Posong dari Kota Temanggung juga gak terlalu jauh dan mudah banget ditemukan lewat maps. Jadi langsung saja ikuti petunjuk yang ada di maps. Nanti jika sudah memasuki daerah Posong, gapura masuknya ada di kanan jalan besar. Kamu harus masuk dulu ke sebuah perkampungan. Nah setelah masuk sekitar 100 meter akan ada loket masuk ke wisata Posong. Dari pos itu kamu bisa langsung membayar tiket dan langsung naik ke atas jika kamu naik motor. Namun kalau menggunakan mobil berarti harus menyewa jasa ojek motor karena akhir-akhir ini sedang ada perbaikan jalan menuju ke lokasi wisata.

Tiket masuk ke wisata Posong sebesar 10 ribu rupiah per orangnya. Kalo ingin camping disana menggunakan tenda sendiri harus membayar lagi sebesar sekitar 60 ribuan per orang. Kamu tinggal menempati tenda-tenda yang udah disediakan oleh pengelola disana. Tapi kalau punya tenda sendiri boleh banget dibawa saat kesana karena biayanya akan lebih murah lagi tentunya. Kalau kamu tipe orang yang tidak tahan dengan hawa dingin, lebih baik menginap di homestay yang banyak tersedia di sekitar Posong. Bahkan tepat di depan loket wisata Posong ada homestay reccomended yang murah dan ramah pemiliknya. Harganya sekitar 150ribu hingga 200 ribu per kamar. Jadi enak kan kalo ingin main ke Posong ramai-ramai. Gak perlu keluar duit banyak deh.


camping ditengah kebun kopi
Setelah melewati loket masuk pembayaran, kamu harus naik  lagi ke atas sekitar 1 km – 2 km menuju lokasi wisata Posong yang disana bakal terlihat Gunung Sindoro dan Sumbing yang gagah. Perjalanan naik ini yang cukup berat karena diperlukan skill berkendara dan kondisi motor yang prima. Namun jalannya sudah bagus dan di kanan kirinya terdapat perkebunanan milik warga.
Ketika sudah sampai di gardu pandang Posong, aku langsung kagum dengan keindahan Gunung Sindoro Sumbing yang gagah. Keren banget. Waktu itu langsung mikir “kalo males naik gunung lagi, kayaknya Posong bisa jadi obat kangen dengan suasana Gunung”

Pemandangan disana emang bener-bener indah. Bahkan jika beruntung pun kamu bisa lihat lautan awan. Pertama kali kesana aku ngerasa lucky banget karena bisa lihat sunrise yang indah banget dan dapet lautan awan yang yahuuuuuud. Tapi pemandangan Gunungnya agak-agak ketutup awan jadi gak begitu jelas. Namun waktu kali kedua aku kesana agak kecewa karena lautan awannya gak nampak lagi. Tapi sunrise nya bener-bener pecahhhh sih. Bagus banget deh pokoknya.







Jika sudah cukup capek ngeliatin pemandangan di gardu pandang, kamu bisa duduk-duduk di gazebo yang banyak disediakan disana. Kalau aku sih lebih milih duduk di warung yang buka dan pesen kopi Temanggung sambil makan tempe kemul favoritku dilengkapi dengan indomie rebus pake telor. Duh rasanya udah nikmat banget deh. Apalagi makan dengan liat view gunung. Makin menambah kenikmatan semangkuk indomie telor. Sayangnya gak banyak warung yang buka. Padahal waktu aku kesana juga pas weekend. Aku heran sendiri kenapa diantara banyak warung Cuma beberapa aja yang buka ya.


Kopi Temanggung dan Tempe Kemul

Wisata Posong ini cukup bisa mengobati rasa kangenku pada Gunung. Sekarang udah males banget buat naik Gunung. Tapi suasana wisata di Gunung yang dingin dingin menyenangkan itu gak bisa tergantikan dengan berkunjung ke tempat wisata lain. Dan Posong ini bisa mengobati rasa kangenku itu.
Apalagi tempat wisata Posong ini sudah dikelola dengan baik. Fasilitas disana lengkap banget mulai dari kamar mandi, gazebo, mushola, parkir luas, camping ground, sampai petugas-petugasnya pun ramah dan sigap.




Gak cuma jadi wisata buat anak muda, Posong ini bisa dikunjungi dengan keluarga. Bahkan orang tua yang udah gak kuat jalan jauh aja bisa diajak kesana. Karena kamu gak perlu naik atau jalan kaki lama-lama seperti kalo pergi ke wisata pegunungan gitu. Kamu cukup jalan dari parkir motor ke gardu pandangnya. Cuma selangkah aja lah. Makannya wisata ini ramai banget katanya kalau libur lebaran tiba. Karena jadi tempat wisata andalan buat keluarga-keluarga. Bahkan juga seringkali digunakan buat acara-acara camping satu kantor gitu.

Pokoknya kalo kesana kudu lihat sunrise-nya. Kalo kamu dari Jogja, bisa berangkat pas siang hari biar sampai sana sore. Malemnya tinggal santai api unggunan sama ngobrol bareng temen. Kalo kamu di jalannya pas malem hari, siap-siap kedinginan di perjalanan.

Jadi kamu tertarik juga gak ke Posong?

Bibir Pantai Greweng


Musim kemarau emang paling bener buat jalan-jalan ke Pantai. Cuacanya cerah, langit kelihatan lebih biru, ombaknya pun bersahabat. Apalagi kalau ngecamp di pantai malam harinya pasti pemandangan bintang bertaburan yang membentuk milkyway jadi kelihatan jelas. Mumpung masih dalam suasana liburan dan belum disibukkan dengan tugas akhir, muncul ide buat jalan-jalan ke pantai. Kali ini yang dikunjungi adalah pantai di Gunungkidul yang masih agak sepi yaitu Pantai Greweng. Sebenernya aku cuma pengen menuntaskan ekspektasiku akan pantai yang satu ini yang dalam bayanganku pantainya masih alami, sepi, dan bisa dibuat berenang.

Well, setelah berlelah-lelahan camping di Bukit Pengilon pada waktu yang salah. Harusnya kami kesana pas akhir musim hujan biar bisa lihat bukitnya yang masih hijau, tapi malah kesana waktu kemarau dan semuanya kelihatan gersang. Akhirnya akupun pengen lanjut eksplore salah satu pantai di sekitar Gunungkidul yang masih kelihatan bagus. Waktu itu yang ada di benakku ada dua pantai yaitu Pantai Wediombo dan Pantai Jungwok. Dua pantai itu lokasinya samping-sampingan. Pas udah masuk ke kawasan wisata pantai, kami belum memutuskan untuk pergi ke pantai mana. Lalu terngiang nama Pantai Greweng. Pantai Greweng juga satu lokasi dengan Pantai Wediombo dan Pantai Jungwok. Namun ketika mau masuk ke jalan kecil menuju Pantai Greweng, ternyata sedang ada perbaikan jalan. Akhirnya kami memutuskan untuk ke Pantai Wediombo. Tapi setelah sampai di parkiran, lokasi wisata pantai di Jogja yang sudah terkenal itu penuh dengan mobil dan motor. It means pantainya lagi rame. Aku males dong dan akhirnya memutuskan untuk balik lagi mencari jalan lain menuju Pantai Greweng.

Akhirnya kami menitipkan kendaraan di sekitar lokasi parkir Pantai Jungwok. Waktu kami menanyakan arah menuju ke Pantai Greweng, Bapak penjaga parkiran bilang kalau kami harus trekking satu kilometer melewati jalan kecil yang sudah ada papan petunjuknya. Sebenarnya ada jalan yang lebih dekat. Tapi berhubung waktu itu sedang di aspal, jadilah kami harus berjalan lebih jauh. Tapi Di pikiranku ya jarak sekilo mungkin gak terlalu berat ya. Agar semakin ringan ketika trekking, kami menitipkan barang yang nggak perlu di bawa di warung sekaligus tempat parkir tersebut. Masuklah kami menuju jalan setapak melewati ladang warga. “Ah kalo Cuma jalan landai gini mah gampang” batinku dalam hati

Tapi ternyata aku salah. Kami harus melewati bukit-bukit berbatu tajam khas kontur bukit di Gunungkidul. Setelah itu kami harus naik turun bukit yang membuat aku sempat hopeless dan memaki dalam hati karena nggak sampai-sampai. Akupun Cuma bisa mbatin, kenapa sih jarak sekilonya orang di desa itu beda. Mereka bilang deket lokasi pantainya. Tapi aku bilang jaaaauuuuh, gak sampai-sampai. Meskipun begitu kami tetap melanjutkan perjalanan. Gak lucu dong udah mau sampai malah balik lagi.

Jalan trekking melewati ladang warga
Setelah trekking yang cukup melelahkan, kamipun sampai di pantai tujuan. Ternyata gak se sepi bayanganku. Mungkin lagi musim liburan, jadi banyak pengunjung yang datang kesana. Terlihat beberapa tenda yang masih terpasang di pinggir pantai. Bahkan ketika kami pulang, ada rombongan sekolah yang mau ngadain pramuka dan camping disana. Wow makin tenar aja Pantai Greweng ini.

Hal yang menarik dari pantai ini menurutku adalah view pantai yang di kanan kirinya terdapat baru karang atau tebing yang menjadikan foto di Pantai Greweng ini menjadi sangat khas banget. Overall, aku gak terlalu kecewa dengan pemandangannya. Air lautnya memanjakan mata dengan warnanya kehijau tosca-an. Langit siangnya biru banget dihiasi dengan awan-awan putih. Bibir pantainya juga berpasir putih bersih dan gak terlalu banyak sampah. Sayangnya ketika aku bersantai-santai di deket tebing, kucium aroma-aroma air kencing. Pasti ada yang pipis di sekitar situ, aku yakin. Padahal kan asyik bersantai di deket tebing biar gak kepanasan. Eh malah ada yang pipis disana, membuat orang-orang kan males duduk deket-deket tebing. 

Pantainya masih alami dan pasirnya masih putih bersih 
Sedihnya pas kesana itu angin lagi kenceng, ombak pun cukup besar sehingga niat hati pengen berenang pun harus ditunda dulu. Cukup bermain-main air sambil lari-larian ngejar ombak. Ngeri juga kalau sampai ke tengah dan kegulung ombak yang cukup menegangkan. Lucunya, orang yang datang ke Pantai itu malah kebanyakan Cuma foto-foto aja. Palingan Cuma basahin kaki pake air pantai. Ya gapapa sih, tapi kan udah jauh-jauh dan capek-capek trekking, kok ya gak nyobain rasanya badan kena airnya Pantai Greweng yang dingin dingin asin. Kalau emang pengen foto-fotoan di pantai sih mending mainnya ke Pantai lainnya yang gak perlu trekking lama.

Berfoto di Pantai pun tidak ketinggalan

Jadi setelah berkunjung ke pantai ini semua ekspektasiku terpatahkan. Pantai Greweng itu sepi, alami, dan bisa buat berenang itu salah besar. Di bilang sepi juga nggak, apalagi kalo kamu kesininya pas waktu liburan. Masih alami pun juga bukan, karena di beberapa titik banyak sampah dan orang suka pipis sembarangan. Tapi view pantainya masih alami sih IYA. Lalu pantainya bisa buat berenang? Mungkin main air sih Iya, bukan buat berenang sampai ke tengah juga karena ombaknya agak gede.

Cuma main di pinggiran pantai aja

Lalu kalau ditawari main ke Pantai Greweng lagi mau nggak? Mungkin nggak deh, aku udah capek ke pantai yang trekking-nya cukup panjang. Apalagi naik turun. Kalau ke pantai lainnya yang masih baru dan belum pernah kesana serta harus trekking tapi worth it sih mungkin masih mau ya.

Kalau soal fasilitas sih di Pantai Greweng ini cukup memadai. Ada kamar mandi yang bisa buat bilas atau ganti baju, warung makan dengan aneka menu dan menjual rokok dong, hingga ada camping area. Pantai Greweng ini memang cocok untuk camping. Biasanya sih ada retribusi khusus bagi wisatawan yang mau camping.

Pulang dari Pantai Greweng, kami bertemu dengan pengunjung lainnya. Seperti aku yang merasa lelah di tengah-tengah trekking menuju ke Pantai Greweng, mereka pun selalu bertanya “Mbak udah mau nyampe belum ya?” Kamipun menjawab ”Dikit lagi kok, semangat”
Padahal juga masih jauh. Hehehe